Dunia

disini aku meninggalkan tiap tapak tiap jejak. apakah itu ilalang yang terinjak? apakah itu pelangi yang dipuja? apakah itu samudra yang kaya? apakah itu langit yang berganti? apakah itu aku? siapa?

adakah makna yang terselip? adakah arti yang tersembunyi? adakah tanya? adakah jawab? adakah fana? adakah abadi?
Dunia....kaukah itu???

kita

kita
adakah ikatan bernama persahabatan?

Kamis, 09 April 2009

Cantik dan Sebuah Kejahatan Keji

Cantik dan Sebuah Kejahatan Keji


“Kita telah melakukan kejahatan yang paling keji.” Katamu di suatu senja, mengagetkan aku.
“kenapa?” aku agak kaget sedikit dengan pertanyaanmu.
“kita telah menciptakan batas-batas diskriminatif. Cantik-tidak cantik, bagaimana perasaanmu, jika kau seorang perempuan, dan orang-orang memberikan label ‘tidak cantik’ di dadamu. Itulah kejahatan kita selama ini Zira!”
(A cat in my eyes- Fahd Djibran)

Apakah itu cantik? Kulit putih? hidung mancung? rambut berkilauan? tubuh aduhai semampai? bibir delima? jari lentik? Cantik itu yang seperti Luna Maya? Cantik itu Sandra Dewi? Kalau memang itu definisi cantik, betapa sempitnya, betapa dangkalnya, betapa piciknya definisi tersebut. Tapi tak bisa dipungkiri bahwa lingkungan, orang-orang disekitar kita, bahkan mungkin kita sendiripun telah meletakkan kata cantik pada penjara definisi yang sungguh sangat sempit tersebut. Kita melihat sendiri bagaimana iklan-iklan menjejali kita dengan produk-produk pemutih muka, penghalus kulit, pelangsing tubuh. Dan kita bisa melihat sendiri disekitar kita bagaimana mereka yang ingin dibilang cantik rela membeli produk kosmetik seharga motor. Ya...hanya agar dibilang cantik.

Lalu bagaimana dengan mereka yang telah membawa hitam dalam gen-gen mereka. Yang tetap saja gelap sebanyak apapun krim pemutih yang mereka oleskan. Bagaimana dengan mereka yang gendut? Yang tubuhnya tak dapat mengecil langsing seketat apapun diet yang mereka lakukan. Bagaimana dengan mereka yang pendek? Yang tak bisa bertambah tinggi segiat apapun mereka meloncat tiap pagi.

Kita memang telah melakukan kejahatan yang keji dengan memberikan dinding-dinding pembatas pada kata cantik. Kita telah melakukan kejahatan kemanusiaan pada mereka yang gendut, yang berkulit hitam, yang pendek, yang berbibir tebal dengan menyematkan kata ‘tidak cantik’, pilihan kata yang lebih halus dari kata jelek. Pernahkah kita berpikir bagaimana perasaan mereka yang kita sematkan kata jelek di dada mereka? Pernahkah kita berpikir bahwa mereka yang kita hadiahkan kata ‘tidak cantik’ itu bisa saja sakit hati? Pernahkah kita berpikir bahwa mereka yang kita katakan ‘buruk rupa’ itu bisa saja kehilangan rasa percaya diri mereka? Pernahkah kita berpikir tentang semua itu?

Padahal definisi cantik yang kita kira adalah kulit putih, hidung mancung, rambut berkilauan, tubuh aduhai semampai, bibir delima, jari lentik adalah salah. Adalah keliru. Mereka yang kita bilang gendut, yang berkulit hitam, yang pendek, yang berbibir tebal sesungguhnya juga cantik. Karena setiap orang itu cantik. Karena setiap orang cantik dengan kecantikan mereka masing-masing. Kecantikan hanya bisa dilihat mereka yang berhati bersih.

Lagi pula kenapa kita selalu berpedoman pada ruang bentuk dan rupa. Mengapa kita selalu terperangkap pada penglihatan lahir? Bukankah ada pepatah tenar yang mengatakan, “Don’t judge the book from it’s cover.” Jangan menilai orang dari luarnya saja. Jangan melihat orang dari fisiknya saja. Lihatlah!! Lihatlah!! Lihatlah lebih kedalam!! Lebih kedalam!! Lebih kedalam!! Pada bagian penting!! Pada bagian sakral tapi terlupakan!!! Lihatlah pada organ bernama hati. Karena kecantikan sesungguhnya terletak disana.

200309

Tidak ada komentar:

Posting Komentar