Dunia

disini aku meninggalkan tiap tapak tiap jejak. apakah itu ilalang yang terinjak? apakah itu pelangi yang dipuja? apakah itu samudra yang kaya? apakah itu langit yang berganti? apakah itu aku? siapa?

adakah makna yang terselip? adakah arti yang tersembunyi? adakah tanya? adakah jawab? adakah fana? adakah abadi?
Dunia....kaukah itu???

kita

kita
adakah ikatan bernama persahabatan?

Kamis, 09 April 2009

Gundulisme

Djeger!! Berita yang baru keluar dari mulut Ita, si kutu gosip SMA 1 itu serupa gelegar petir yang menyambar telinga tiap orang. Kilatannya membawa sebuah tanda tanya besar. Antara harus percaya atau tidak pada berita ini. Ini sungguh berita yang tidak mungkin terjadi, but impossible is nothing. Apalagi selama ini keakuratan berita yang disampaikan oleh Ita tidak diragukan lagi. Delapan puluh persen berita darinya selalu benar.
“Kalian tahu..........kemarin sore gue lewat depan rumah si Sya. Dan lu semua bakal terkejut setengah mampus dengan apa yang gue liat.” Ita menciptakan jeda, memanggil hawa penasaran untuk menyelimuti kelas IPA 3. Ya...si kutu gosip ini selalu berhasil menarik perhatian orang-orang. Kali ini tak kurang dari 30 anak mengerumuninya. Mereka rela berdesakan pagi itu demi mendengar gosip teranyar. Apalagi menyangkut Sya.
“Apa yang lu liat Ta?” seru seorang cowok berkaca mata dengan raut was-was. Ita tersenyum semisterius lukisan Monalisa. Menarik napas sejenak lalu melanjutkan kata-katanya.
“Gue....gue....melihat......gue melihat...kepala.....Sya....kepala Sya......” Semua anak bergidik. Bertanya-tanya apa yang terjadi dengan kepala Sya. Apa kepalanya tumbuh ular-ular seperti dalam film hantu? Atau kepalanya berubah bentuk menjadi kotak?
“Kepala Sya ......kepala Sya..........GUNDUL!!! PLONTOS!!!!!!! TAK ADA SEHELAI RAMBUTPUN!!! APALAGI UBAN!! PLONTOS!! G...U...D...U...L.” Suara Ita yang bernada pemain opera melengking-lengking seantero kelas, Cicak yang diam-diam merayap di dinding terpeleset. Nyamuk yang dari tadi asyik ngeden segera menghentikan aktivitasnya yang menjijikkan. Cowok-cowok menjerit histeris dengan nada sumbang. Sedangkan kaum Hawa menganga lebar, selebar mulut Gua Maharani.
“Eh Ta...lu jangan sembarangan ya!! Gak mungkinlah Sya Gundul. Orang potong pendek aja dia gak pernah!! Jangan asal ngomong deh lu!! Sya itu syang banget sama rambutnya!!” Labrak Sharen. Tak terima jika Sya, ketua Gank Cimut tempatnya bernaung digosipkan seperti itu.
“Ee..........jangan nyolot gitu donk. Liat aja nanti kalau gak percaya.” Tantang Ita.
“Oke!! Siapa takut!”
Semenit kemudian gerbang sekolah dipenuhi oleh ratusan siswa. Rupanya kecepatan virus gosip mengungguli kecepatan boing 737. Virus itu terus menginfeksi dari mulut satu ke mulut lain. Dan beginilah hasilnya. Lapangan penuh sesak oleh muka-muka penasaran.
Pak Tris, kepala sekolah SMA 1 tampak bingung. Berkali-kali mengamati kalender di mejanya. Kenapa banyak siswa di lapangan. Apakah ini hari senin? Perasaan hari ini tanggal 28 Januari berarti sekarang hari rabu. Tapi? Agh!!! Tak tahan oleh kebingungannya. Pak kepala sekolah itu akhirnya bertanya. Bijaksana sungguh. Malu bertanya sesat di jalan, bukankah begitu kata pepatah. Setelah mengetahui apa yang terjadi, dengan gagah Pak Tris menuju lapangan. Bukan untuk menegur para siswanya tapi ikut bergabung dengan mereka menyalurkan rasa penasarannya yang mencapai high level.
Lima menit kemudian, datanglah apa yang sedang di tunggu-tunggu. Mobil Avanza Hitam. Mobil Sya. Suasana sungguh hening. Sepertinya semua orang lupa berkedip mungkin mereka juga lupa bernapas. Akhirnya keluarlah sesosok cewek yang membuat semua orang penasaran. Pelan-pelan cewek itu turun dari mobilnya. Kulitnya putih, ramping, dan tas biru menandakan kalau itu memang benar-benar Sya. Tapi.............What the hell? Kepalanya.......kepalanya gundul......plontos........botak.......baldy...........atau apapun sebutannya. Yang jelas tak satupun rambut disana. Licin selicin es. Semutpun akan terpeleset bila berjalan disana. Sya berjalan dengan cuek. Seperti sudah mengantisipasi hal-hal yang ada dihadapannya ini, walaupun begitu kening Sya sedikit berkerut. Semua ini melebihi perkiraannya. Hampir semua orang berkumpul menyaksikan pertunjukan kepala gundulnya sekarang.
“Sya.....lu.....kepala....lu......itu.......kenapa.....kepala......itu....gundul....?” Sharen mendadak gagap. Suasana berubah menjadi gegap gempita. Semua orang berkomentar.
“Hahahaha....Si Sya kayak tuyul tuh!!”
“Eh.....jangan-jangan Sya sekarang sudah jadi Bikuni. Iya....plontos gitu.”
“Apa Sya kena Kanker ya. Trus kemoterapi. Jadinya gundul gitu. Ah!! Tapi gak mungkin secepat itu. Orang kemarin rambutnya masih ada. Kayak model iklan shampo malah.”
“Aneh banget kepalanya. Kayak telur Dinosaurus.”
“Eh....kayak Alien aja tu si Sya.”
“Sudah!! Sudah sana masuk kelas!!” Suara keras Pak Tris disambut teriakan huuuuu panjang dari anak-anak. Pak Trispun melangkahkan kaki ke kelas. Tapi disempatkannya satu kali lagi untuk mengamati kepala gundul Sya.
* * *
Beragam reaksi , bermacam opini. Kebanyakan mengusung kubu negatif. Kontra gundulisme. Tapi Sya tidak peduli. Kegundulan ini pilihannya. Kegundulan ini akan membuktikan. Akan menjawab pertanyaan Sya selama ini. Sebelum ini, Sya adalah cewek nomor satu disekolah. Dia tajir, trendy, cantik, pintar. Sya rela menanggalkan semuanya. Parfum-parfum Parisnya telah ia tukar dengan baby colone, sepatu high heel ia pensiunkan dan digantikan oleh sebuah sepatu kanvas butut yang ia beli di pasar loak, rok mininya ia gusur dan mengantinya dengan jeans-jens belel. Sya telah mebolak-balik dirinya 180 derajat. Mahkota cewek populer di sekolah dengan senang hati dia lepas. Sya juga kehilangan para fans nya. Cowok-cowok yang mengantri untuk jadi pacarnya, teman-teman macam Shiren semua bubar karena kepalanya yang gundul.
Itu semua sudah Sya predisi sebelumnya. Tapi satu yang tak sesuai dengan perkiraannya. Namanya Indra. Ketua Futsal, pimpinan redaksi Majalah sekolah dan Ketua kelas. Satu-satunya cowok yang ditaksir Sya sekaligus satu-satunya cowok yang menolaknya. Selama ini Sya sudah mengerahkan segala daya dan upaya untuk menarik hati Indra. Tapi semuanya sia-sia. Secantik apapun Sya berdandan, seterkenal apapun merk sepatu Sya, segiat apapun Sya merayunya. Indra tetap bergeming. Dingin sedingin es. Indra benar-benar cowok aneh yang menyimpang dari standar manusia. Ya.........disaat semua orang pergi menjauhi Sya karena Gundulismenya. Cowok satu ini malah menunjukkan sikap ajaib.
Kejadiaannya berawal dari kantin. Saat itu jam istirahat pertama. Sya duduk sendirian di pojok. Pertama kali menikmati kesunyian dan kesendiriannya. Biasanya Shiren dan gank Cimutnya selalu mengoceh Beo. Sya memejamkan matanya, merasakan angin menari menyapa kulitnya. Saat ia membuka mata tiba-tiba saja Indra sudah dihadapannya. Melihatnya. Atau tepatnya melihat kepala gundulnya. Sya jelas tak siap. Jantungnya tiba-tiba saja melompat tak karuan. Ia seperti melayang. Sya merasakan bahagia dan malu bersamaan. Apa kata Indra tentang kepalanya yang gundul ini?
“Sya.....”
“Indra...”
“Lu kelihatan cantik dengan penampilan baru lu Sya.” What? Cantik? Gue? Indra, Lu pasti abis minum obat flu terus ngantuk jadi gak bisa ngebedain mana bidadari mana tuyul. Sya ngedumel dalam hati.
“Maksud lu?” akhirnya hanya kata-kata itu yang keluar dari bibir Sya.
“Gue lebih suka penampilan lu yang sekarang. Lu berani beda Sya.”
“Gue nggak ngerti gimana labirin otak lu itu. Hampir semua temen-temen gue ngejauhi gue, gak mau lagi jalan bareng gue karena malu dengan kepala gue, malu dengan sepatu butut gue. Dan lu........yang slama ini menolak gue mentah-mentah adalah satu-satunya orang yang bilang gue lebih cantik dengan kepala gundul gue ini.”
“Lu tau Sya, kenapa gue selama ini nggak meduliin lu, dingin sama lu. Karena gue nggak suka cewek yang cuma mentingin penampilan fisiknya doank. Yang ngebuang duit jutaan cuma demi perawatan di Salon atau buat beli merk-merk terkenal padahal masih sangat banyak anak-anak yang harus ngemis demi mengganjal perut. Padahal, apa sih gunanya penampilan fisik bila hati kita nyatanya busuk!!”
“Gue emang gak pernah ngerti jalan pikiran lu Ndra.”
“Gue juga gak ngerti jalan pikiran lu Sya. Kenapa lu memangkas rambut lu? Bukankah selama ini lu sayang banget sama mahkota lu itu?”
“Gue cuma mau ngelihat siapa yang bener-bener tulus temenan sama gue. Siapa yang bener-bener sayang sama gue. Gue bosan Ndra dengan semua kepalsuan yang ada di hadapan gue selama ini.”
“Lu ternyata aneh ya Sya. Lebih aneh dari gue. Ngerelain semua yang lu punya cuma demi mbuktiin siapa yang benar-benar tulus sama lu”
“Eh...lu juga aneh. Masa muka kayak tuyul begini lu bilang cantik.”
“Tuyul? Itu lu yang bilang lho!! Hahahhah. Tapi mirip juga sih!!”
“Enak aja lu. Gundul-gundul begini gue tetep cantik lagi.”
“Eh Sya. Tapi gue punya lagu yang cocok banget buat lu.”
“What?”
“Gundul-gundul pacul......tempelengan....hahhahaha.” Sya dan Indrapun tertawa serenyah kerupuk. Pertama kalinya sejak mereka kenal. Dan pertama kalipun menjadi kedua, ketiga keempat dan terus berlanjut dan tak tahu sampai berapa. Senin pagi itu warga SMA 1 kembali heboh. Kali ini semua megap-megap kena serangan jantung gara-gara Indra nembak si kepala gundul –Sya—saat upacara.
“Sya, Ich Liebi dich. Ana Behibak. Ik jou van jou.” Kata Indra mengungkapkan cintanya dengan berbagai bahasa.
“Maukah kamu jadi pacarku Sya?” lanjut Indra. Sya mengangguk syahdu. Resmilah mereka sebagai pasangan. Cewek-cewek yang naksir Indra memdadak asma, tak siap kalah saing dengan seorang berkepala gundul. Tapi semua itu bukan apa-apa. Kehebohan lebih dashyat terjadi pada hari rabu pagi. Dua orang gundul, bergandengan tangan, dengan santai melangkahkan kakinya. Kepala mereka berkilat-kilat ditimpa sinar matahari pagi. Tak kurang 15 orang pingsan, 10 kesurupan, 7 orang gejala stress melihat pemandangan ini. Dua orang yang bikin heboh itu adalah Indra dan Sya. Harmonis dalam satu payung bernama GUNDULISME.
280209

Tidak ada komentar:

Posting Komentar