Dunia

disini aku meninggalkan tiap tapak tiap jejak. apakah itu ilalang yang terinjak? apakah itu pelangi yang dipuja? apakah itu samudra yang kaya? apakah itu langit yang berganti? apakah itu aku? siapa?

adakah makna yang terselip? adakah arti yang tersembunyi? adakah tanya? adakah jawab? adakah fana? adakah abadi?
Dunia....kaukah itu???

kita

kita
adakah ikatan bernama persahabatan?

Kamis, 09 April 2009

Konser Cinta De Vega

De Vega!! Begitulah nama band yang sedang meroket di seantero Surabaya ini. Selama 2 bulan band ini berhasil mengukuhkan diri pada podium teratas liga musik Surabaya. Jarang sekali band lokal yang mampu melakukannya. Tak ayal lagi De Vega pun menjadi pisang goreng yang laris dikalangan kawula muda. Semua membicarakannya!!! Tema cowok, Salon terbaru, Parfum Paris, merk Sepatu terkenal yang biasanya sangat Hot di kalangan kaum hawa langsung turun pamor!!! Adapun dikalangan kaum Adam, topik-topik yang umum macam sepak bola dan game telah kadaluarsa. Di warung-warung kopi, di Bus kota, di meja-meja sekolah, di pasar, di mall, di ujung gang, di markas Punkers, di perpustakaan. Semua !!! semua orang!!! Semua orang sedang kerasukan setan De Vega.
Begitu pula di SMA Greecee, sekolah favorit tempat bernaung para intelektual muda kota Surabaya. Rumus-rumus Fisika, Kimia, Matematika yang biasanya tertulis rapi di meja-meja kayu sebagai contekan tergusur oleh tulisan De Vega...........De Vega......dan De Vega. Bahkan Pak Warno, guru musik yang gaul dan top dikalangan warga SMA Greecee menjadikan lagu De Vega, “Pelangi untuk sahabat” sebagai lagu wajib dalam pelajaran musik.
Tapi di dunia ini selalu ada perkecualian. Adapun diantara makhluk-makhluk yang telah kerasukan setan De Vega itu, terdapat satu makhluk aneh yang tak mengikuti Euforia Pasar. Makhluk ini bergeming, bak patung yang buta dan tuli. Tak sedikitpun terpengaruh oleh dunia di sekitarnya yang keras-keras meneriakkan De Vega!!! Makhluk ini tetap asyik mendengarkan musik-musik klasik ala Mozart atau Bethoveen, tetap tenggelam dalam sajak-sajak Khalil Gibran, sangat acuh. Tak tersentuh. Raini Putri. Begitulah nama si pengecualian itu tapi warga SMA Greecee lebih senang menyebutnya Ree. Entahlah!! Sejak dulu Ree memang terkenal sebagai penghianat Euforia massa. Saat teman-temannya semua sibuk dan gencar membicarakan piala dunia, Ree mengebu-gebu bicara soal bulu tangkis. Saat semua siswa menyerbu cafe baru di dekat sekolah, Ree menjadi pelanggan setia kue cimol di tepi jalan. Saat sepatu ballet menjadi trend dimana-mana, Ree tetap melangkah pasti dengan sepatu kanvas bututnya.
* * *
Seperti biasa, Ree pulang ke sekolah dengan berjalan kaki. Iseng-iseng Ree menoleh kanan kiri. Dan Ya ampun!! Ree seolah baru tersadar dan bangun dari tidur panjangnya. Ree baru ngeh kalau beberapa hari ini ada yang aneh dengan keadaan kota. Yah!!! Disudut manapun Ree menemukan Poster dan tulisan De Vega. Poster salah satu iklan rokok di depan kantor Pajak itu kini telah berubah rupa menjadi poster De Vega, Foto para Caleg yang mengkampayekan dirinya telah digusur oleh poster-poster De Vega, bahkan Warung ‘Seger Makan’ Mbok Lela yang ada di ujung jalan telah berganti nama menjadi Lela Vega. Oh my God!!! De Vega benar-benar telah menteror warga kota. Tapi Ree cukup geli dan lucu juga, diantara sekian banyak poster tak satupun memasang wajah para personel De Vega poster-poster itu hanya berupa tulisan D...E...V.....E....G...A. how can??!!
* * *
Lapangan ini adalah tempat favorit Ree. Tempat Ree biasa menyendiri dan berkhayal. Tempat Ree melahap semua buku-bukunya. Entahlah!! Tak ada lagi seorangpun yang mau kesini selain Ree. Mungkin lebih tepatnya tidak berani sejak ada yang mengaku pernah melihat setan jadi-jadian disana. Sebuah pohon mangga yang berdiri kokoh dan lebat di pojok lapangan semakin memperkuat opini publik. Dan Ree, si makhluk pengecualian ini malah bersyukur lapangan ini terkenal angker, karena itu berarti Ree leluasa menjajah lapangan ini dan mengklaim sebagai markas rahasianya.
Sore itu dengan riang Ree berjalan kaki menuju markas rahasianya . Sesampainya di lapangan Ree langsung duduk santai di atas bangku kayu tua yang lumayan lebar. Disana Ree bisa selonjoran, bahkan tidur-tiduran. Dan tak seorangpun yang akan mengganggu Ree. Belum semenit mendudukkan dirinya Ree sayup-sayup mendengar suara isakan tangis. Ree mengorek-orek telinganya demi memastikan bahwa dirinya tidak di tipu mentah-mentah oleh kotoran telinganya sendiri. Dipasang telinganya baik-baik.
“Hiks!!Hiks!! ”Benar!! Sekarang sudah tidak diragukan lagi, Ree tidak salah dengar. Suara itu pasti suara isak tangis. Tapi bukankah Ree hanya sendirian di lapangan besar ini. Bukankah tak seorangpun berani ke lapangan ini selain Ree. Hi!!! Ree bergidik!! Jangan-jangan benar apa yang dikatakan orang-orang, bahwa disini memang banyak makhluk-makhluk bergentayangan. Jangan-jangan itu suara Sundel bolong, suster ngesot atau.......tapi tidak! suara isakan itu lebih mirip suara laki-laki. Sepersekian detik Ree sempat mengingat-ingat nama hantu cowok dan Ree menyerah setelah sampai pada kata Genderuwo, kamus perbendaharaan kata Ree tentang makhluk gaib memang sangat tipis. Ree semakin ketakutan, tetapi naluri keingintahuannya yang lebih besar menuntun Ree mendekati asal suara itu. Dari arah pohon mangga. Yah!! Dari arah pohon mangga. Gemetaran Ree berjalan ke arah pohon mangga itu, suara isakan makin keras. Dan.........
Wa!!!!
Ree dan seorang cowok meloncat kaget. Suara isakan tadi ternyata berasal dari cowok itu. Ree tidak siap!! Tadinya dia sudah menyiapkan bacaan-bacaan yang diajarkan guru ngajinya bila bertemu dengan makhluk non manusia, non hewan dan non tumbuhan. Atau paling tidak Ree sudah siap untuk terkencing-kencing di celana atau sebangsanya. Tapi hipotesis Ree luntur begitu saja. Cowok itu sama kaget dan tak siapnya dengan Ree. Dengan cepat dia menghapus sisa-sisa airmatanya dan memasang wajah garang. Ree terhenyak!!! Baru kali ini dia melihat laki-laki menangis.
“Kau....menangis?” tanya Ree memasang wajah ibanya.
“Bukan urusanmu!!!!” jawab cowok itu ketus.
“Kau malu ya!!! Kau malu menagis karena kau takut dianggap laki-laki cengeng? Ah!!! Picik sekali!!!”
“Apa maksudmu?? Aku tidak mengerti.” Suara itu mulai melunak tapi wajahnya tetap acuh.
“Kau tidak perlu malu untuk menangis. Menurut opa Khalil Gibran, airmata adalah simbol kepekaan jiwa, jiwa yang kering tanpa cinta mustahil mengeluarkan airmata, karena airmata adalah untuk jiwa-jiwa yang terbuka.” Cowok itu bergeming. Mendung begitu pekat melingkupi wajahnya. Ree mengambil duduk tepat disamping cowok itu.
“Semua orang pernah merasakan kesedihan tapi lebih dari itu setiap orang juga akan merasakan kebahagiaan. Kau tahu?? Kebahagiaan adalah kesedihan yang terbuka kedoknya, dan tawa serta airmata datang dari sumber yang sama. Lebih dari itu semakin dalam kesedihan menggoreskan luka ke dalam jiwa, maka semakin mampu sang jiwa menampung kebahagiaan.” Airmata kembali mengalir dari mata bening cowok itu. Ia benamkan wajahnya di atas lututnya. Suara isakan itupun kembali terdengar. Ree memandang cowok itu lekat-lekat. Seberapa besar masalah yang ditanggung cowok itu hingga dia seperti itu. Ree mengalihkan pandangannya menatap langit. Mendung, langit berselimut abu-abu, angin begitu licah menari-nari mempermainkan rambut Ree. Ree melirik cowok di sebelahnya yang masih bercengkrama dengan kesedihan. Takberapa lama hujanpun turun, makin lama semakin deras. Tiba-tiba saja Ree menarik cowok itu, bukan untuk berteduh tapi malah menyeretnya ke tengah lapangan. Sekarang Ree dan cowok itu basah kuyup diguyur hujan. Cowok itu terlihat bingung dan heran tapi tidak bisa mengelak dari cengkraman tangan Ree.
“Ayo, bebaskan sedihmu disini.” Ree menari-nari di bawah hujan. Merentangkan tangannya.
“Ayo, ikuti aku, basuhlah semua kesedihanmu bersama hujan.”
“Ahh!!! Sedih!!! Pergilah darinya!! Hujan!! Basuhlah airmatanya!!” teriak Ree. Cowok itu merasa takjub dengan kepribadian cewek manis di depannya itu. Lalu mengikuti apa yang dilakukan Ree. Cowok itu terpejam, merentangkan tangannya, membiarkan tiap tetes hujan bersentuhan dengan kulitnya.
“Ah!!!!! Pergilah kesedihan!! Angin!!! Terbangkan ia jauh!!!!!Arghhh!!!!” Aneh. Cowok itu tiba-tiba merasakan semua kesedihan menguap dari jiwanya. Ia merasakan hujan telah menyiram dan membawa pergi segala dukanya. Sejenak cowok itu memandang Ree lekat-lekat. Matanya berkaca-kaca, tertulis seribu terima kasih disana.
“Terima kasih, untuk semua ini. Aku Indra!!”
“Ree.”
* * *
Esoknya, saat Ree kembali ke markas rahasianya. Indra sudah menunggu disana. Bukan di bawah pohon mangga itu lagi, tapi di bangku panjang milik Ree. Wajahnya sudah tidak lagi dilingkupi mendung. Bahkan seutas senyum terlukis indah di bibirnya. Detik itu juga mata Ree terbuka, menyadari betapa tampannya wajah Indra bila sedang tersenyum.
“Hi....Ndra, pagi-pagi lu kok sudah disini?” sapa Ree ramah.
“Ree....terima kasih ya untuk kemarin.”
“Yaelah Ndra, lu mau berapa kali sih berterima kasih ma gue. Gak puas-puas apa??”
“Oh ya Ree....tau gak gue bawa apa kesini?” Ree diam sejenak melirik ke arah Indra, mencari-cari kalau-kalau Indra membawa sesuatu yang menarik. Tapi hasilnya nihil!! Ree tak melihat apapun.
“Perasaan lu gak bawa apa-apa kesini?” Ree memasang wajah blo’on. Indra tersenyum penuh kemenangan sambil mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya.
“Gue punya tiket nonton konser perdana De Vega Ree.” Ree bergeming tanpa ekspresi. Wajahnya sungguh datar. Indra heran beribu heran melihat tanggapan Ree seperti itu. Dalam bayangannya Ree akan menari-nari kegirangan seperti anak kecil mendapat gulali raksasa. Tapi prediksi Indra melenceng 180 derajat.
“Lu gak suka De Vega Ree? Lu gak suka?” tanya Indra takjub. Ree menggeleng syahdu. Merasa bersalah.
“Tapi lu mau kan datang ke konser itu Ree. Demi gue!!” Ree memandang wajah Indra yang mengiba. Ree tak kuasa mengecewakan wajah ganteng di depannya itu.
“Well!! Baiklah!! Demi lu Ndra.” Indra melompat-lompat kegirangan. Sekarang dirinyalah yang seperti anak kecil mendapat gulali raksasa.
* * *
Kehebohan sekota Surabaya tak terelakkan lagi menyambut konser perdana De Vega malam itu. Semua datang untuk menjawab rasa penasarannya atas sosok De Vega. Dan kali ini Ree larut dalam euforia ini. Bahkan Ree mendapat tempat VVIP!!! Bayangkan, seorang makhluk pengecualian mendapat tempat VVIP. Teman-teman Ree pasti akan semaput menghadapi kenyataan sepeti ini.
Dengan ogah-ogahan Ree datang ke konser itu. Kalau bukan karena Indra, dia gak bakalan datang ke konser macam ini. Tapi sampai konser mau dimulai Indra tak juga datang. Ree Gondok!! Mengutuki Indra dalam hati. “Indra kodok!! Indra monyet!! Berani-beraninya mbohongin gue!”
“OK!! Semua pasti sudah penasaran ya...pengen tahu seperti apa wajah De Vega. Langsung saja kita sambut DE VEGA!!!” sorak-sorai penoton tak terbendung lagi. Semua takjub. Banyak yang terkejut. Banyak yang pingsan. Ribuan yang histeris. Tapi dari semua itu yang paling terkejut adalah Ree. Disana ia melihat sosok yang dikenalnya. Indra!! Dipanggung!!! Memegang mic!! Indra vokalis De Vega!!!
Ree membeku. Tak mampu berkata!! Logikanya jungkir balik. Bagaimana bisa? Satu lagu berjalan. Dan Ree tetap pada posisi terdiam. Membisu.
“Ok lagu selanjutnya ini. Buat seorang Cewek yang telah mengajarkan banyak hal tentang kebahagiaan dan kesedihan. Lagu ini buat lu Ree.” Indra turun dan menuntun Ree menuju ke atas panggung. Dan Ree seperti kerbau di cocok hidungnya mengikuti Indra dengan gemulai. Otaknya belum sadar benar menerima kejutan-kejutan listrik macam begini.
Gemuruh penonton tak terbendung lagi. Dari atas panggung Ree bisa melihat wajah-wajah teman SMAnya. Vinda, si populer langsung pingsan mengetahui Ree di atas panggung. Gysa yang fanatik De Vega dari tadi sibuk mengucek-ucek matanya. Dan Nina yang cinta mati sama De Vega dari tadi memukul-mukul kepalanya memastikan ini bukanlah mimpi.
Ree tak pernah menyangka, Cowok yang terlihat begitu ceria dan menjadi pujaan banyak orang ini adalah cowok yang sama yang menangis terisak-isak di bawah pohon mangga dan menyimpan sejuta kesedihan dalam hatinya. Semua tak kan pernah menyangka. SELESAI
Gresik, 150109

Tentang kalian

Hari ini kukorek lagi bukit kisah yang menanam nama kalian
Kuarungi lagi gelombang ingatan yang merekam tiap detik dan detak
Yang berpadu dalam tawa dan canda
Mampukah ikatan tercerai berai oleh sebatang jarum?
Jam dan kompas
Waktu dan arah
Kau, aku, kita
Menempuh segala labirin yang berbeda
Mata angin yang tak sama dari seribu penjuru
Dan kala menjelma jeruji yang memagari lisan dan aksara

Sahabat,
Kisah kita takkan jadi nisan
Kalaupun aku utara kau selatan
Tanyakan kenapa!!
Karena kalian telah bersemayam dalam keabadian

Gresik, 170109

Gundulisme

Djeger!! Berita yang baru keluar dari mulut Ita, si kutu gosip SMA 1 itu serupa gelegar petir yang menyambar telinga tiap orang. Kilatannya membawa sebuah tanda tanya besar. Antara harus percaya atau tidak pada berita ini. Ini sungguh berita yang tidak mungkin terjadi, but impossible is nothing. Apalagi selama ini keakuratan berita yang disampaikan oleh Ita tidak diragukan lagi. Delapan puluh persen berita darinya selalu benar.
“Kalian tahu..........kemarin sore gue lewat depan rumah si Sya. Dan lu semua bakal terkejut setengah mampus dengan apa yang gue liat.” Ita menciptakan jeda, memanggil hawa penasaran untuk menyelimuti kelas IPA 3. Ya...si kutu gosip ini selalu berhasil menarik perhatian orang-orang. Kali ini tak kurang dari 30 anak mengerumuninya. Mereka rela berdesakan pagi itu demi mendengar gosip teranyar. Apalagi menyangkut Sya.
“Apa yang lu liat Ta?” seru seorang cowok berkaca mata dengan raut was-was. Ita tersenyum semisterius lukisan Monalisa. Menarik napas sejenak lalu melanjutkan kata-katanya.
“Gue....gue....melihat......gue melihat...kepala.....Sya....kepala Sya......” Semua anak bergidik. Bertanya-tanya apa yang terjadi dengan kepala Sya. Apa kepalanya tumbuh ular-ular seperti dalam film hantu? Atau kepalanya berubah bentuk menjadi kotak?
“Kepala Sya ......kepala Sya..........GUNDUL!!! PLONTOS!!!!!!! TAK ADA SEHELAI RAMBUTPUN!!! APALAGI UBAN!! PLONTOS!! G...U...D...U...L.” Suara Ita yang bernada pemain opera melengking-lengking seantero kelas, Cicak yang diam-diam merayap di dinding terpeleset. Nyamuk yang dari tadi asyik ngeden segera menghentikan aktivitasnya yang menjijikkan. Cowok-cowok menjerit histeris dengan nada sumbang. Sedangkan kaum Hawa menganga lebar, selebar mulut Gua Maharani.
“Eh Ta...lu jangan sembarangan ya!! Gak mungkinlah Sya Gundul. Orang potong pendek aja dia gak pernah!! Jangan asal ngomong deh lu!! Sya itu syang banget sama rambutnya!!” Labrak Sharen. Tak terima jika Sya, ketua Gank Cimut tempatnya bernaung digosipkan seperti itu.
“Ee..........jangan nyolot gitu donk. Liat aja nanti kalau gak percaya.” Tantang Ita.
“Oke!! Siapa takut!”
Semenit kemudian gerbang sekolah dipenuhi oleh ratusan siswa. Rupanya kecepatan virus gosip mengungguli kecepatan boing 737. Virus itu terus menginfeksi dari mulut satu ke mulut lain. Dan beginilah hasilnya. Lapangan penuh sesak oleh muka-muka penasaran.
Pak Tris, kepala sekolah SMA 1 tampak bingung. Berkali-kali mengamati kalender di mejanya. Kenapa banyak siswa di lapangan. Apakah ini hari senin? Perasaan hari ini tanggal 28 Januari berarti sekarang hari rabu. Tapi? Agh!!! Tak tahan oleh kebingungannya. Pak kepala sekolah itu akhirnya bertanya. Bijaksana sungguh. Malu bertanya sesat di jalan, bukankah begitu kata pepatah. Setelah mengetahui apa yang terjadi, dengan gagah Pak Tris menuju lapangan. Bukan untuk menegur para siswanya tapi ikut bergabung dengan mereka menyalurkan rasa penasarannya yang mencapai high level.
Lima menit kemudian, datanglah apa yang sedang di tunggu-tunggu. Mobil Avanza Hitam. Mobil Sya. Suasana sungguh hening. Sepertinya semua orang lupa berkedip mungkin mereka juga lupa bernapas. Akhirnya keluarlah sesosok cewek yang membuat semua orang penasaran. Pelan-pelan cewek itu turun dari mobilnya. Kulitnya putih, ramping, dan tas biru menandakan kalau itu memang benar-benar Sya. Tapi.............What the hell? Kepalanya.......kepalanya gundul......plontos........botak.......baldy...........atau apapun sebutannya. Yang jelas tak satupun rambut disana. Licin selicin es. Semutpun akan terpeleset bila berjalan disana. Sya berjalan dengan cuek. Seperti sudah mengantisipasi hal-hal yang ada dihadapannya ini, walaupun begitu kening Sya sedikit berkerut. Semua ini melebihi perkiraannya. Hampir semua orang berkumpul menyaksikan pertunjukan kepala gundulnya sekarang.
“Sya.....lu.....kepala....lu......itu.......kenapa.....kepala......itu....gundul....?” Sharen mendadak gagap. Suasana berubah menjadi gegap gempita. Semua orang berkomentar.
“Hahahaha....Si Sya kayak tuyul tuh!!”
“Eh.....jangan-jangan Sya sekarang sudah jadi Bikuni. Iya....plontos gitu.”
“Apa Sya kena Kanker ya. Trus kemoterapi. Jadinya gundul gitu. Ah!! Tapi gak mungkin secepat itu. Orang kemarin rambutnya masih ada. Kayak model iklan shampo malah.”
“Aneh banget kepalanya. Kayak telur Dinosaurus.”
“Eh....kayak Alien aja tu si Sya.”
“Sudah!! Sudah sana masuk kelas!!” Suara keras Pak Tris disambut teriakan huuuuu panjang dari anak-anak. Pak Trispun melangkahkan kaki ke kelas. Tapi disempatkannya satu kali lagi untuk mengamati kepala gundul Sya.
* * *
Beragam reaksi , bermacam opini. Kebanyakan mengusung kubu negatif. Kontra gundulisme. Tapi Sya tidak peduli. Kegundulan ini pilihannya. Kegundulan ini akan membuktikan. Akan menjawab pertanyaan Sya selama ini. Sebelum ini, Sya adalah cewek nomor satu disekolah. Dia tajir, trendy, cantik, pintar. Sya rela menanggalkan semuanya. Parfum-parfum Parisnya telah ia tukar dengan baby colone, sepatu high heel ia pensiunkan dan digantikan oleh sebuah sepatu kanvas butut yang ia beli di pasar loak, rok mininya ia gusur dan mengantinya dengan jeans-jens belel. Sya telah mebolak-balik dirinya 180 derajat. Mahkota cewek populer di sekolah dengan senang hati dia lepas. Sya juga kehilangan para fans nya. Cowok-cowok yang mengantri untuk jadi pacarnya, teman-teman macam Shiren semua bubar karena kepalanya yang gundul.
Itu semua sudah Sya predisi sebelumnya. Tapi satu yang tak sesuai dengan perkiraannya. Namanya Indra. Ketua Futsal, pimpinan redaksi Majalah sekolah dan Ketua kelas. Satu-satunya cowok yang ditaksir Sya sekaligus satu-satunya cowok yang menolaknya. Selama ini Sya sudah mengerahkan segala daya dan upaya untuk menarik hati Indra. Tapi semuanya sia-sia. Secantik apapun Sya berdandan, seterkenal apapun merk sepatu Sya, segiat apapun Sya merayunya. Indra tetap bergeming. Dingin sedingin es. Indra benar-benar cowok aneh yang menyimpang dari standar manusia. Ya.........disaat semua orang pergi menjauhi Sya karena Gundulismenya. Cowok satu ini malah menunjukkan sikap ajaib.
Kejadiaannya berawal dari kantin. Saat itu jam istirahat pertama. Sya duduk sendirian di pojok. Pertama kali menikmati kesunyian dan kesendiriannya. Biasanya Shiren dan gank Cimutnya selalu mengoceh Beo. Sya memejamkan matanya, merasakan angin menari menyapa kulitnya. Saat ia membuka mata tiba-tiba saja Indra sudah dihadapannya. Melihatnya. Atau tepatnya melihat kepala gundulnya. Sya jelas tak siap. Jantungnya tiba-tiba saja melompat tak karuan. Ia seperti melayang. Sya merasakan bahagia dan malu bersamaan. Apa kata Indra tentang kepalanya yang gundul ini?
“Sya.....”
“Indra...”
“Lu kelihatan cantik dengan penampilan baru lu Sya.” What? Cantik? Gue? Indra, Lu pasti abis minum obat flu terus ngantuk jadi gak bisa ngebedain mana bidadari mana tuyul. Sya ngedumel dalam hati.
“Maksud lu?” akhirnya hanya kata-kata itu yang keluar dari bibir Sya.
“Gue lebih suka penampilan lu yang sekarang. Lu berani beda Sya.”
“Gue nggak ngerti gimana labirin otak lu itu. Hampir semua temen-temen gue ngejauhi gue, gak mau lagi jalan bareng gue karena malu dengan kepala gue, malu dengan sepatu butut gue. Dan lu........yang slama ini menolak gue mentah-mentah adalah satu-satunya orang yang bilang gue lebih cantik dengan kepala gundul gue ini.”
“Lu tau Sya, kenapa gue selama ini nggak meduliin lu, dingin sama lu. Karena gue nggak suka cewek yang cuma mentingin penampilan fisiknya doank. Yang ngebuang duit jutaan cuma demi perawatan di Salon atau buat beli merk-merk terkenal padahal masih sangat banyak anak-anak yang harus ngemis demi mengganjal perut. Padahal, apa sih gunanya penampilan fisik bila hati kita nyatanya busuk!!”
“Gue emang gak pernah ngerti jalan pikiran lu Ndra.”
“Gue juga gak ngerti jalan pikiran lu Sya. Kenapa lu memangkas rambut lu? Bukankah selama ini lu sayang banget sama mahkota lu itu?”
“Gue cuma mau ngelihat siapa yang bener-bener tulus temenan sama gue. Siapa yang bener-bener sayang sama gue. Gue bosan Ndra dengan semua kepalsuan yang ada di hadapan gue selama ini.”
“Lu ternyata aneh ya Sya. Lebih aneh dari gue. Ngerelain semua yang lu punya cuma demi mbuktiin siapa yang benar-benar tulus sama lu”
“Eh...lu juga aneh. Masa muka kayak tuyul begini lu bilang cantik.”
“Tuyul? Itu lu yang bilang lho!! Hahahhah. Tapi mirip juga sih!!”
“Enak aja lu. Gundul-gundul begini gue tetep cantik lagi.”
“Eh Sya. Tapi gue punya lagu yang cocok banget buat lu.”
“What?”
“Gundul-gundul pacul......tempelengan....hahhahaha.” Sya dan Indrapun tertawa serenyah kerupuk. Pertama kalinya sejak mereka kenal. Dan pertama kalipun menjadi kedua, ketiga keempat dan terus berlanjut dan tak tahu sampai berapa. Senin pagi itu warga SMA 1 kembali heboh. Kali ini semua megap-megap kena serangan jantung gara-gara Indra nembak si kepala gundul –Sya—saat upacara.
“Sya, Ich Liebi dich. Ana Behibak. Ik jou van jou.” Kata Indra mengungkapkan cintanya dengan berbagai bahasa.
“Maukah kamu jadi pacarku Sya?” lanjut Indra. Sya mengangguk syahdu. Resmilah mereka sebagai pasangan. Cewek-cewek yang naksir Indra memdadak asma, tak siap kalah saing dengan seorang berkepala gundul. Tapi semua itu bukan apa-apa. Kehebohan lebih dashyat terjadi pada hari rabu pagi. Dua orang gundul, bergandengan tangan, dengan santai melangkahkan kakinya. Kepala mereka berkilat-kilat ditimpa sinar matahari pagi. Tak kurang 15 orang pingsan, 10 kesurupan, 7 orang gejala stress melihat pemandangan ini. Dua orang yang bikin heboh itu adalah Indra dan Sya. Harmonis dalam satu payung bernama GUNDULISME.
280209

The Blue Man

The Blue Man

Sekarang aku tahu, Tuhan bertahta di atas segalanya. Raja dari segala raja. Menggengam satu kata menggetarkan bernama ‘nasib’.
Nasib itu membawaku duduk di sebuah bus jurusan Surabaya-Malang yang penuh sesak. Bau asam keringat, bau parfum aroma super menyengat, bau rokok dan bau-bau aneh lainnya bersatu padu membentuk suatu formasi baru yang memuakkan hidung. Entah serakah? Entah buta? Entah kejar setoran? Supir dan kenek bus seiya sekata menjejalkan penumpang bertumpuk-tumpuk seperti ikan asin di pasar.
Di sebuah terminal naiklah seseorang yang menarik perhatianku. Bercelana jeans belel warna biru, berkaos warna biru, bersepatu warna biru, dan tas yang bergelanyut di punggungnya pun berwarna biru. Astaga!! Kurasa cowok ini memang maniak warna biru. Inilah yang menarik, selama ini tak pernah kutemui cowok yang begitu tergila-gila dengan warna biru. Apalagi yang dipakai cowok itu adalah warna kesukaanku.
Cowok itu segera membelah kepadatan penumpang demi mencari sebuah tempat yang nyaman bagi dirinya. Cowok itu semakin mendekati tempat dudukku. Dia sudah pasti mengincar tempat kosong disamping kursiku. Walau harus berdiri aku kira tempat itu cukup nyaman karena sedikit longgar. Begitu sampai, dia bersandar kelelahan di pinggir kursi. Kudongakkan kepalaku untuk melihat wajahnya yang dari tadi tak bisa kulihat saking padatnya manusia-manusia dalam bus itu. Dan.................
Aku hampir saja berteriak melihat wajah itu. Begitu familier, begitu kukenal dan begitu melekat di otakku. Mata yang tajam menusuk, kulit coklat bersih, alis tebal yang melengkung sempurna, dan rambut hitam pendek yang acak-acakan itu begitu akrab di kepalaku. Aku gemetar tak karuan. Antara percaya atau tidak. Oh Tuhan!! Bagaimana bisa wajah itu ada di dunia nyata. Selama ini aku hanya mengenal wajah itu dari mimpi-mimpiku. Wajah yang selalu sama, berulang-ulang menghantuiku dalam seminggu ini dan kini wajah itu seperti meloncat keluar dari mimpi dan berkeliaran bebas di alam nyata. Bagaimana bisa?
Aku kalut. Logikaku jungkir balik seperti pemain sirkus. Apakah arti semua ini Tuhan? Aku sama sekali tak mengerti.
Kudongakkan lagi kepalaku demi memastikan, benarkah wajah itulah yang sering muncul di mimpiku. Aku sulit sekali untuk percaya semua ini. Tapi kenyataan memaksaku untuk percaya. Memang benar itu adalah wajah yang sama. Persis!! Hanya di mimpiku dia tak berpenampilan serba biru, tapi merah. Saat aku memandangnya dengan hati bergejolak tiba-tiba cowok itu menoleh ke arahku. Aku salah tingkah, tertangkap basah mencuri pandang. Segera kualihkan pandanganku ke arah luar jendela.
Entah kenapa aku seperti ketagihan memandang wajah cowok itu kudongakkan kepalaku untuk ketiga kalinya. Sial!! Cowok itu sepertinya sudah mengantisipasi. Melihatku sambil tersenyum semanis gula tebu dan menyodorkan tangannya.
“Biru!!” katanya. Keningku berkerut tak mengerti. Kenapa monyodorkan tangan segala kalau hanya ingin memberitahu warna bajunya. Cowok itu tersenyum lagi seperti bisa membaca pikiranku.
“Nama gue Biru. Biru Indra Prayoga.” Cowok itu menggerak-gerakkan tangannya yang tersodor padaku. Segera kujabat tangannya.
“Gue Nayesa Carisa. Panggil aja Nay.”
“Kiri..kiri Pak.” Perempuan setengah baya di sampingku berteriak dan bersiap turun. Biru dengan sigap menempati tempat duduk yang sudah kosong itu.
“Lu suka warna biru ya?”
“Gue bukan suka. Tapi terobsesi. Hahaha. Lu bisa liat sendiri kan!!”
“Hmm...Biru itu nama asli lu?”
“Pertanyaan bagus! Itu nama yang diberikan oleh bokap gue. Kata bokap gue nama itu terlintas begitu saja di otaknya dan ada semacam dorongan kuat yang membuatnya menamai gue Biru. Entah itu takdir atau kebetulan saja, akupun begitu tergila-gila pada warna biru.”
“Kau tahu, sebenarnya tak ada suatu kebetulan di dunia ini.” bisikku. Cowok itu menoleh. Menatapku tajam sekali. Aneh!! Tiba-tiba ada sesuatu yang hangat berdesir di dadaku. Tanganku menjadi dingin.
“Kau benar. Tak ada yang kebetulan, karena semua sudah diatur olehNya.” Perbincangan kamipun berlanjut membahas segala hal. Ekonomi, sosial, politik juga tentang makna hidup.
“Kiri...kiri...” Biru berteriak.
“Gue harus turun. Senang bertemu dan mengobrol dengan lu Nay.” Biru bergegas turun dari bus. Aku bisa melihatnya melambaikan tangannya padaku. Perasaanku mendadak tidak enak. Aku merasa sangat kehilangan. Aku merasa kalau aku tidak akan bisa bertemu dengannya lagi.
Sebuah sapu tangan biru tergeletak di kursi sampingku. Ini pasti milik Biru. Akhirnya aku punya alasan untuk bertemu dengannya lagi.
“Kiri Pak.” Tergesa aku turun dari bus. Tidak begitu jauh dari tempat Biru turun tadi. Aku berbalik arah, setengah berlari aku segera mencari Biru. Aku tak tahu mengapa aku begini. Mungkin ini yang orang-orang bilang love at the first sight, cinta pada pandangan pertama. Benarkah?
Fuh!! Aku kelelahan berlari-lari. Kuatur napasku dan mulai mencari lagi. Di pinggir jalan raya kulihat banyak orang berkerumun. Sepertinya baru saja terjadi tabrakan. Rasa ingin tahuku menyeruak. Aku segera mendekati orang-orang yang berkerumun itu. Kubelah orang-orang dengan wajah bercampur aduk antara penasaran, ngeri dan kasihan.
Deg!!!!! Aku hampir pingsan melihat seseorang yang tergeletak penuh darah dan luka itu.
“Biru!!” airmata banjir seketika. Perasaanku tercabik-cabik. Biru!! Bagaimana bisa? Baru saja. Baru saja aku melihatmu segar bugar dan ceria. Tapi sekarang.......
“Biru!!!! Bangun Biru!!” aku histeris. Kurasakan tangannya yang kugengam begerak-gerak. Dia masih hidup.
“Biru!! Lu harus bertahan. Gue sayang sama lu Biru!!” Biru membuka matanya. Memandangku sambil tersenyum lemah.
“Gue juga sayang sama lu Nay. Tapi gue harus pergi sekarang. Lu gak boleh sedih. Lu harus bahagia. Se...la..mat...ting...gal..Nay!!”
“Biru!!!!” sapu tangan Biru yang kugengam hilang diterbangkan angin.
* * *
Sekarang aku tahu. Bahwa kaos merah yang dipakai Biru dimimpiku itu adalah lumuran darah.
Tidak ada yang tahu rahasia nasib. Tak ada yang bisa menyangka. Sepertiku, aku tak pernah menyangka bahwa hari itu nasib mencatat bahwa aku harus merasakan jatuh cinta sekaligus kehilangan.

cermin

CERMIN
Kulihat dua mata penuh luka persis di depanku. Berkaca-kaca seperti menyimpan embun di matanya. Wajah itu menyimpan kabut hitam. Begitu kelam........begitu pekat....... wajah itu seolah telah padam. Kehilangan seluruh watt dayanya. Setan-setan kesedihan menari-nari mengintari kepalanya. Gerakannya begitu kaku.....ringkih seolah membawa Everents di kedua bahunya. Sungguh kasihan seorang di depanku ini. seperti menyimpan beban kesedihan sedalam samudra. Senyumnyapun hanya terlihat sebagai seringai. Tawa itu pun hambar. Bisa kurasakan hatinya bagai dirajam dengan pisau berkilat-kilat. Aneh!! Tiba-tiba saja semesta diriku terpaku dan berpusat pada sosok di depanku itu. Kemudian pelan-pelan kurasakan nyeri-nyeri tak kasat mata yang mengoyak-ngoyak persendian hatiku. Pasang berdebur-debur menenggelamkan diriku. Sosok di depanku itu sepertinya menstransfer semua kesedihannya padaku. Ya...padaku. dan aku kini merasa tidak berbahagia. Mewarisi kelam.....pekat....setan-setan kesedihan juga airmata dari sosok di depanku.
Pyarr!!!! Kuhantam hingga berdarah. Sosok didepanku itu lenyap. Dan aku masih tidak berbahagia.

Homo egoistik

Homo Egoistik

Sekarang aku tahu, bahwa manusia itu bisa bertindak sangat egois. Ya...mungkin selain homo sapiens, homo socialis, manusia juga homo egoistik.
Dan sifat egois ini bisa saja karena ditekan keadaan, bisa juga karna bawaan, semacam susunan gen yang telah melekat erat. Sebut saja watak.

Dan tadi sore aku mengalami sendiri bahwa manusia bisa bersikap sungguh egois. Akulah pelakunya!! Akulah yang sore itu sungguh egois ditekan keadaan.
Ceritanya, aku naik kereta api dari Stasiun pasar turi seperti biasa. Di sana seperti biasa, kutemui bermacam-macam wajah yang penuh keringat. Seolah-olah kereta api itu adalah oven yang memangang kulit-kulit manusia. Penjual-penjual asongan berkeliaran. Mondar-mandir seperti gasing. Diperjalanan dari stasiun ke stasiun lainnya, bukannya malah lowong ee malah penuh sesak. Nah!! Pas kereta sampai di stasiun tujuanku akupun segera turun. Sialnya!! Jalan keluar itu sesak banget, sedangkan aku dikejar waktu, karena, bisa saja kereta langsung berjalan sebelum aku turun dari kereta. Secepat kilat aku melesat menerobos kerumunan orang. kudengar satu dua orang mengaduh karena kakinya kuinjak. Tapi aku gak peduli. Aku harus turun secepatnya. Maaf!! Aku harus egois. Demi kelangsungan hidupku. Maaf untuk orang-orang yang terinjak kakinya. Maaf! Karena aku egois. Maaf!!

200309

MALAIKAT JUGA TAHU

MALAIKAT JUGA TAHU
DEWI ‘Dee’ LESTARI

Lelahmu jadi lelahku juga
Bahagiamu bahagiaku pasti
Berbagi takdir kita selalu
Kecuali tiap kau jatuh hati
Kali ini hampir habis dayaku
Membuktikan padamu ada cinta yang nyata
Setia hadir setiap hari
Tak tega biarkan kau sendiri
Meski sering kali kau malah asyik sendiri

Karena tak kau lihat, terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan diadu
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya

Hampamu takkan hilang semalam
Oleh pacar impian
Tetapi kesempatan untukku yang mungkin tak sempurna
Tapi siap untuk diuji
Kupercaya diri
Cintaku yang sejati

Namun tak kau lihat, terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan diadu
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya

Kau selalu meminta terus kutemani
Engkau selalu bercanda andai wajahku diganti
Relakan kupergi
Karna tak sanggup sendiri
Wuih!! Paling suka ma video klipnya. Menyentuh banget!!!!
Jadi ada cewek gitu yang pacaran ma cowok autis. Nah!! Cewek itu tadi keliatannya sayang banget ma tu cowok n gag peduli dengan kelemahan si cowok. Nemenin gambar si cowok yang autis itu gambar-gambar, becanda-canda. Pokoe menyentuh banget deh. Hingga suatu hari ada cowok cakep datang, entah itu siapa tapi kayaknya sih adiknya si cowok autis. Si cowok cakep n si cewekpun kenalan. Nak ketika salaman kayaknya terjadi getar-getar gitu deh. Trus ada adegan si cewek ma si cowok autis lagi tiduran di rerumputan. Si cowok autisnyanya bawa bunga. Truz tiba-tiba aja si cewek ninggalin gitu, ya...meski dengan berat hati. Si cowok yang meski autis tetap ngerti kalau dirinya ditinggalin, si cowok autis depresi banget n mengekspresikan dengan caranya. N semua kejadian ini disaksikan oleh ibu si cowok autis. Si ibu Cuma bisa liat n nangis dari jauh. Dan menurutku yang dimaksud malaikat di video ni tuh sang ibu. Secara gitu!! Cuma sang ibu yang mau dengan setia menemani si cowok autis ni. Hikss!!!! Menyedihkan n menyentuh banget pokoknya.