Dunia

disini aku meninggalkan tiap tapak tiap jejak. apakah itu ilalang yang terinjak? apakah itu pelangi yang dipuja? apakah itu samudra yang kaya? apakah itu langit yang berganti? apakah itu aku? siapa?

adakah makna yang terselip? adakah arti yang tersembunyi? adakah tanya? adakah jawab? adakah fana? adakah abadi?
Dunia....kaukah itu???

kita

kita
adakah ikatan bernama persahabatan?

Kamis, 09 April 2009

Kepada para tikus-tikus berdasi

Kepada para tikus-tikus berdasi


Hei!! Tikus berdasi? Benarkah kau ada? Adakah kau? Adalah benar?

Awalnya aku tak percaya dan menganggap ini hanya lelucon pelawak-pelawak macam srimulat. Kalaupun ada, aku kira tikus-tikus berdasi macam kau ini sedang akan unjuk gigi di sebuah sirkus.
Oh ternyata aku salah……..Oh ternyata aku keliru.

Kau, tikus berdasi, memang benar ada. Bukan lelucon Srimulat, bukan sebuah atraksi sirkus. Tapi kau nyata ada di sekelilingku. Lucu!! Menggelikan!! Aneh!! Bahkan mungkin Mengerikan!!

Ah!! Harusnya aku tak perlu heran. Bukankah waktu bisa merubah apapun? Ia merubah gubuk menjadi gedung, merubah besi jadi peluru, merubah gunung jadi lembah, juga waktulah itu yang merubah manusia menjadi serigala. Jadi apa yang aneh dengan seekor tikus berdasi sepertimu?

Entahlah!! Yang jelas seekor tikus berdasi cukup mampu membolak-balikkan logika dan pikiranku. Begitu lincah seperti para pemain acrobat.

Kubayangkan dasimu itu terselip diantara bulu-bulu lehermu, pada moncongmu yang berkumis. Dasi itu tersemat rapi disana. Dan bergonta-ganti warna setiap hari. Senin biru muda, Selasa merah hati, rabu kuning, kamis hijau, Jumat hitam, sabtu jingga, dan minggu berganti ungu. Akan sangat berdosa bukan kalau kau memakai dasi yang sama lebih dari sekali.

Hei!! Tikus berdasi!!! Apa kabarmu sekarang?
Ah!! Basa-basi ya….selalu basa-basi. Biarlah!! Aku memang suka berbasa-basi denganmu, karena kaupun suka berbasa-basi bukan?

Tapi kurasa aku memang salah menanyakan kabarmu. Karena sangat jelas kau pasti baik-baik saja. Sehat!! Kaya!! Dan Makmur!! Aku tahu itu. Kian hari bulu-bulumu itu pasti makin berkilat, tubuhmu yang gembul pasti semakin gembul dan suaramu yang penuh rayuan gombal itu pasti makin lantang. Hasil latihan bertahun-tahun dari guru bernama munafik.

Hey!!! Perutmu memang bertambah buncit sekarang. Dapur siapa yang kau santroni? Makanan apa lagi yang kau curi?

Aku jelas tak akan lupa bahwa kaulah itu pelakunya yang mengendap-endap mencuri daging dari ayahku, ibuku, nenekku, sepupuku, keponakanku, pamanku, bibiku, saudaraku, saudaranya saudaraku, saudara saudaranya saudaraku, saudara saudara saudaranya saudaraku, temanku, teman temanku, teman temannya temanku, teman temannya teman temanku. Dan seterusnya dan seterusnya. Kurasa semua orang pernah kau curi makanannya. Dasar kau memang pencuri tak berperikemanusiaan!! Hey!! Kau memang bukan manusiakan?! Ya…..yang jelas kau sangat rakus!! Tamak!! Loba!! Atau apalah itu istilahnya.

Tak tahukah kau berapa nyawa melayang, terbang ke awang-awang karena perutnya kosong, karena dagingnya kau curi?
Tak tahukah kau berapa orang mati lalu menjadi hantu kelaparan??
Tak tahukah kau berapa banyak lainnya yang mengalirkan airmatanya untuk perut yang tak terisi.

Ah!! Mana kau peduli dengan perut mereka. Aku tahu yang kau tahu hanyalah memperbuncit……..memperbuncit……….memperbuncit……….memperbuncit……… dan memperbuncit diri. Kudoakan kau semakin buncit dan meledak berkeping-keping!!!

Hei!! Kepalamu botak sekarang. Kemana rambut-rambut yang kau banggakan. Yang kau cuci dengan shampo-shampo mewah yang kau curi dari kamar mandi kami. Barangkali rambutmu itu hilang bersama hatimu. Tunggu!! Punyakah kau sebongkah hati? Kurasa tidak. Oke kembali soal kepalamu, mungkin kau stress memikirkan bagaimana strategi tingkat lanjutmu. Membuat suatu rencana gila. Dan kau berkomplot dengan tikus-tikus bawahanmu lainnya. Yang juga berdasi. Ah tak bisa kubayangkan. Tikus-tikus berdasi duduk satu meja merapatkan cara memperbuncit diri selanjutnya.

Hei, kau tikus berdasi!!
Lepas saja itu topeng malaikatmu. Tak pantas kau memakainya. Muak aku melihatmu bertopeng seperti itu. Lagi pula untuk apa kau memakai topeng? Ah!! Pertanyaan retorik memang. Pasti untuk menutupi moncongmu yang belepotan darah itu bukan? Atau kalau tidak pasti untuk menyembunyikan taringmu yang seperti vampire.

Hei!! Kau tikus berdasi!!
Jangan kau dongakkan muka begitu tinggi. Meski berdasi kau tetap tikus!! Tetap tikus!! Tetap makhluk menjijikkan yang pantas dipukul dengan gagang sapu!! Kau tetap pencuri!! Pencuri jatah makan kami!!

Hei!! Tikus berdasi!!
Rupanya kau mendapat musuh kuat akhir-akhir ini. ‘sang pemburu’ begitu aku menyebutnya. Rasakan kau!! Biar kau mati ditembakinya!! Biar kau dijebloskan dalam kadang gelap dan bau olehnya!! Enyahlah kau segera!! Kudoakan semoga semua komplotan kejimu itu enyah dari muka bumi!! Tunggu!! Kurasa bukan doaku saja, tapi doa seluruh rakyat Indonesia yang jijik padamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar