Musyafir atau Pelayar?
Aku dahaga
Haus kutelusuri jengkal demi jengkal tanahmu
Apakah ini aku yang bernama musyafir?
Tapi tak ada gurun disini
Tak juga kujumpai matahari terik itu
Aku terhanyut
Dalam ombak-ombak yang dahsyat
Apakah aku yang bernama pelayar?
Tapi dimana kapalku
Tak juga kutemui para awakku
Oh.................gurun ilmu
Akulah musyafir itu
Duhai lautan kata
Akulah pelayar itu
180507
“Patah” kau bilang
Dia.........
Telah menancapkan sembilu di urat-urat nadimu
Dia........
Yang tlah menorehkan hitam pada merah yang kalian lukis
Dan putihmu menjelma pekat airmata
Kau menyanyi....................
Tapi dengan nada-nada sunyi
Kau berpuisi....................
Tapi dalam sajak-sajak sepi
Kau telah patah
Seperti ranting yang disapu badai
Apa yang keluar selain rintihan?
Dan “patah” kau bilang
Lalu waktu membuatmu bermetamorfosis
“Ranting telah tiada” teriakmu
“inilah aku......batu!!!”
221107
Kita harus bicara!!
Aku harus bicara!!
saat ini!!
Sebelum senja beranjak dan menorehkan pekat
Karena hitam akan menutup semua pintu.
Bibirku............
Bibirmu...........
Hatiku.............
Hatimu............
Kita harus berkata!!
Sebelum angin menerbangkan semua puisi
Tanpa sempat kita memunguti maknanya
Dan hati kita saling menduga “apa?”
Kita harus saling bicara bukan?
Ya!! Sekarang!!
231107
Kau selalu ada
Kenapa selalu bisa kutemukan namamu
Di keping batu
Di batas Senja
Diurat-urat daun
Di alunan yang kusukai
Di udara yang kudesah
Dan di buku-buku yang aku baca
Kenapa selalu bisa kujumpai bayangmu
Pada mimpi tadi malam
Pada setiap neuron otakku
Pada padang perasaanku
Pada mata batinku
150507
Jasa perTUKANGan dan perTAMANan gresik SURABAYA sidoarjo
3 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar