Dunia

disini aku meninggalkan tiap tapak tiap jejak. apakah itu ilalang yang terinjak? apakah itu pelangi yang dipuja? apakah itu samudra yang kaya? apakah itu langit yang berganti? apakah itu aku? siapa?

adakah makna yang terselip? adakah arti yang tersembunyi? adakah tanya? adakah jawab? adakah fana? adakah abadi?
Dunia....kaukah itu???

kita

kita
adakah ikatan bernama persahabatan?

Kamis, 09 April 2009

Konser Cinta De Vega

De Vega!! Begitulah nama band yang sedang meroket di seantero Surabaya ini. Selama 2 bulan band ini berhasil mengukuhkan diri pada podium teratas liga musik Surabaya. Jarang sekali band lokal yang mampu melakukannya. Tak ayal lagi De Vega pun menjadi pisang goreng yang laris dikalangan kawula muda. Semua membicarakannya!!! Tema cowok, Salon terbaru, Parfum Paris, merk Sepatu terkenal yang biasanya sangat Hot di kalangan kaum hawa langsung turun pamor!!! Adapun dikalangan kaum Adam, topik-topik yang umum macam sepak bola dan game telah kadaluarsa. Di warung-warung kopi, di Bus kota, di meja-meja sekolah, di pasar, di mall, di ujung gang, di markas Punkers, di perpustakaan. Semua !!! semua orang!!! Semua orang sedang kerasukan setan De Vega.
Begitu pula di SMA Greecee, sekolah favorit tempat bernaung para intelektual muda kota Surabaya. Rumus-rumus Fisika, Kimia, Matematika yang biasanya tertulis rapi di meja-meja kayu sebagai contekan tergusur oleh tulisan De Vega...........De Vega......dan De Vega. Bahkan Pak Warno, guru musik yang gaul dan top dikalangan warga SMA Greecee menjadikan lagu De Vega, “Pelangi untuk sahabat” sebagai lagu wajib dalam pelajaran musik.
Tapi di dunia ini selalu ada perkecualian. Adapun diantara makhluk-makhluk yang telah kerasukan setan De Vega itu, terdapat satu makhluk aneh yang tak mengikuti Euforia Pasar. Makhluk ini bergeming, bak patung yang buta dan tuli. Tak sedikitpun terpengaruh oleh dunia di sekitarnya yang keras-keras meneriakkan De Vega!!! Makhluk ini tetap asyik mendengarkan musik-musik klasik ala Mozart atau Bethoveen, tetap tenggelam dalam sajak-sajak Khalil Gibran, sangat acuh. Tak tersentuh. Raini Putri. Begitulah nama si pengecualian itu tapi warga SMA Greecee lebih senang menyebutnya Ree. Entahlah!! Sejak dulu Ree memang terkenal sebagai penghianat Euforia massa. Saat teman-temannya semua sibuk dan gencar membicarakan piala dunia, Ree mengebu-gebu bicara soal bulu tangkis. Saat semua siswa menyerbu cafe baru di dekat sekolah, Ree menjadi pelanggan setia kue cimol di tepi jalan. Saat sepatu ballet menjadi trend dimana-mana, Ree tetap melangkah pasti dengan sepatu kanvas bututnya.
* * *
Seperti biasa, Ree pulang ke sekolah dengan berjalan kaki. Iseng-iseng Ree menoleh kanan kiri. Dan Ya ampun!! Ree seolah baru tersadar dan bangun dari tidur panjangnya. Ree baru ngeh kalau beberapa hari ini ada yang aneh dengan keadaan kota. Yah!!! Disudut manapun Ree menemukan Poster dan tulisan De Vega. Poster salah satu iklan rokok di depan kantor Pajak itu kini telah berubah rupa menjadi poster De Vega, Foto para Caleg yang mengkampayekan dirinya telah digusur oleh poster-poster De Vega, bahkan Warung ‘Seger Makan’ Mbok Lela yang ada di ujung jalan telah berganti nama menjadi Lela Vega. Oh my God!!! De Vega benar-benar telah menteror warga kota. Tapi Ree cukup geli dan lucu juga, diantara sekian banyak poster tak satupun memasang wajah para personel De Vega poster-poster itu hanya berupa tulisan D...E...V.....E....G...A. how can??!!
* * *
Lapangan ini adalah tempat favorit Ree. Tempat Ree biasa menyendiri dan berkhayal. Tempat Ree melahap semua buku-bukunya. Entahlah!! Tak ada lagi seorangpun yang mau kesini selain Ree. Mungkin lebih tepatnya tidak berani sejak ada yang mengaku pernah melihat setan jadi-jadian disana. Sebuah pohon mangga yang berdiri kokoh dan lebat di pojok lapangan semakin memperkuat opini publik. Dan Ree, si makhluk pengecualian ini malah bersyukur lapangan ini terkenal angker, karena itu berarti Ree leluasa menjajah lapangan ini dan mengklaim sebagai markas rahasianya.
Sore itu dengan riang Ree berjalan kaki menuju markas rahasianya . Sesampainya di lapangan Ree langsung duduk santai di atas bangku kayu tua yang lumayan lebar. Disana Ree bisa selonjoran, bahkan tidur-tiduran. Dan tak seorangpun yang akan mengganggu Ree. Belum semenit mendudukkan dirinya Ree sayup-sayup mendengar suara isakan tangis. Ree mengorek-orek telinganya demi memastikan bahwa dirinya tidak di tipu mentah-mentah oleh kotoran telinganya sendiri. Dipasang telinganya baik-baik.
“Hiks!!Hiks!! ”Benar!! Sekarang sudah tidak diragukan lagi, Ree tidak salah dengar. Suara itu pasti suara isak tangis. Tapi bukankah Ree hanya sendirian di lapangan besar ini. Bukankah tak seorangpun berani ke lapangan ini selain Ree. Hi!!! Ree bergidik!! Jangan-jangan benar apa yang dikatakan orang-orang, bahwa disini memang banyak makhluk-makhluk bergentayangan. Jangan-jangan itu suara Sundel bolong, suster ngesot atau.......tapi tidak! suara isakan itu lebih mirip suara laki-laki. Sepersekian detik Ree sempat mengingat-ingat nama hantu cowok dan Ree menyerah setelah sampai pada kata Genderuwo, kamus perbendaharaan kata Ree tentang makhluk gaib memang sangat tipis. Ree semakin ketakutan, tetapi naluri keingintahuannya yang lebih besar menuntun Ree mendekati asal suara itu. Dari arah pohon mangga. Yah!! Dari arah pohon mangga. Gemetaran Ree berjalan ke arah pohon mangga itu, suara isakan makin keras. Dan.........
Wa!!!!
Ree dan seorang cowok meloncat kaget. Suara isakan tadi ternyata berasal dari cowok itu. Ree tidak siap!! Tadinya dia sudah menyiapkan bacaan-bacaan yang diajarkan guru ngajinya bila bertemu dengan makhluk non manusia, non hewan dan non tumbuhan. Atau paling tidak Ree sudah siap untuk terkencing-kencing di celana atau sebangsanya. Tapi hipotesis Ree luntur begitu saja. Cowok itu sama kaget dan tak siapnya dengan Ree. Dengan cepat dia menghapus sisa-sisa airmatanya dan memasang wajah garang. Ree terhenyak!!! Baru kali ini dia melihat laki-laki menangis.
“Kau....menangis?” tanya Ree memasang wajah ibanya.
“Bukan urusanmu!!!!” jawab cowok itu ketus.
“Kau malu ya!!! Kau malu menagis karena kau takut dianggap laki-laki cengeng? Ah!!! Picik sekali!!!”
“Apa maksudmu?? Aku tidak mengerti.” Suara itu mulai melunak tapi wajahnya tetap acuh.
“Kau tidak perlu malu untuk menangis. Menurut opa Khalil Gibran, airmata adalah simbol kepekaan jiwa, jiwa yang kering tanpa cinta mustahil mengeluarkan airmata, karena airmata adalah untuk jiwa-jiwa yang terbuka.” Cowok itu bergeming. Mendung begitu pekat melingkupi wajahnya. Ree mengambil duduk tepat disamping cowok itu.
“Semua orang pernah merasakan kesedihan tapi lebih dari itu setiap orang juga akan merasakan kebahagiaan. Kau tahu?? Kebahagiaan adalah kesedihan yang terbuka kedoknya, dan tawa serta airmata datang dari sumber yang sama. Lebih dari itu semakin dalam kesedihan menggoreskan luka ke dalam jiwa, maka semakin mampu sang jiwa menampung kebahagiaan.” Airmata kembali mengalir dari mata bening cowok itu. Ia benamkan wajahnya di atas lututnya. Suara isakan itupun kembali terdengar. Ree memandang cowok itu lekat-lekat. Seberapa besar masalah yang ditanggung cowok itu hingga dia seperti itu. Ree mengalihkan pandangannya menatap langit. Mendung, langit berselimut abu-abu, angin begitu licah menari-nari mempermainkan rambut Ree. Ree melirik cowok di sebelahnya yang masih bercengkrama dengan kesedihan. Takberapa lama hujanpun turun, makin lama semakin deras. Tiba-tiba saja Ree menarik cowok itu, bukan untuk berteduh tapi malah menyeretnya ke tengah lapangan. Sekarang Ree dan cowok itu basah kuyup diguyur hujan. Cowok itu terlihat bingung dan heran tapi tidak bisa mengelak dari cengkraman tangan Ree.
“Ayo, bebaskan sedihmu disini.” Ree menari-nari di bawah hujan. Merentangkan tangannya.
“Ayo, ikuti aku, basuhlah semua kesedihanmu bersama hujan.”
“Ahh!!! Sedih!!! Pergilah darinya!! Hujan!! Basuhlah airmatanya!!” teriak Ree. Cowok itu merasa takjub dengan kepribadian cewek manis di depannya itu. Lalu mengikuti apa yang dilakukan Ree. Cowok itu terpejam, merentangkan tangannya, membiarkan tiap tetes hujan bersentuhan dengan kulitnya.
“Ah!!!!! Pergilah kesedihan!! Angin!!! Terbangkan ia jauh!!!!!Arghhh!!!!” Aneh. Cowok itu tiba-tiba merasakan semua kesedihan menguap dari jiwanya. Ia merasakan hujan telah menyiram dan membawa pergi segala dukanya. Sejenak cowok itu memandang Ree lekat-lekat. Matanya berkaca-kaca, tertulis seribu terima kasih disana.
“Terima kasih, untuk semua ini. Aku Indra!!”
“Ree.”
* * *
Esoknya, saat Ree kembali ke markas rahasianya. Indra sudah menunggu disana. Bukan di bawah pohon mangga itu lagi, tapi di bangku panjang milik Ree. Wajahnya sudah tidak lagi dilingkupi mendung. Bahkan seutas senyum terlukis indah di bibirnya. Detik itu juga mata Ree terbuka, menyadari betapa tampannya wajah Indra bila sedang tersenyum.
“Hi....Ndra, pagi-pagi lu kok sudah disini?” sapa Ree ramah.
“Ree....terima kasih ya untuk kemarin.”
“Yaelah Ndra, lu mau berapa kali sih berterima kasih ma gue. Gak puas-puas apa??”
“Oh ya Ree....tau gak gue bawa apa kesini?” Ree diam sejenak melirik ke arah Indra, mencari-cari kalau-kalau Indra membawa sesuatu yang menarik. Tapi hasilnya nihil!! Ree tak melihat apapun.
“Perasaan lu gak bawa apa-apa kesini?” Ree memasang wajah blo’on. Indra tersenyum penuh kemenangan sambil mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya.
“Gue punya tiket nonton konser perdana De Vega Ree.” Ree bergeming tanpa ekspresi. Wajahnya sungguh datar. Indra heran beribu heran melihat tanggapan Ree seperti itu. Dalam bayangannya Ree akan menari-nari kegirangan seperti anak kecil mendapat gulali raksasa. Tapi prediksi Indra melenceng 180 derajat.
“Lu gak suka De Vega Ree? Lu gak suka?” tanya Indra takjub. Ree menggeleng syahdu. Merasa bersalah.
“Tapi lu mau kan datang ke konser itu Ree. Demi gue!!” Ree memandang wajah Indra yang mengiba. Ree tak kuasa mengecewakan wajah ganteng di depannya itu.
“Well!! Baiklah!! Demi lu Ndra.” Indra melompat-lompat kegirangan. Sekarang dirinyalah yang seperti anak kecil mendapat gulali raksasa.
* * *
Kehebohan sekota Surabaya tak terelakkan lagi menyambut konser perdana De Vega malam itu. Semua datang untuk menjawab rasa penasarannya atas sosok De Vega. Dan kali ini Ree larut dalam euforia ini. Bahkan Ree mendapat tempat VVIP!!! Bayangkan, seorang makhluk pengecualian mendapat tempat VVIP. Teman-teman Ree pasti akan semaput menghadapi kenyataan sepeti ini.
Dengan ogah-ogahan Ree datang ke konser itu. Kalau bukan karena Indra, dia gak bakalan datang ke konser macam ini. Tapi sampai konser mau dimulai Indra tak juga datang. Ree Gondok!! Mengutuki Indra dalam hati. “Indra kodok!! Indra monyet!! Berani-beraninya mbohongin gue!”
“OK!! Semua pasti sudah penasaran ya...pengen tahu seperti apa wajah De Vega. Langsung saja kita sambut DE VEGA!!!” sorak-sorai penoton tak terbendung lagi. Semua takjub. Banyak yang terkejut. Banyak yang pingsan. Ribuan yang histeris. Tapi dari semua itu yang paling terkejut adalah Ree. Disana ia melihat sosok yang dikenalnya. Indra!! Dipanggung!!! Memegang mic!! Indra vokalis De Vega!!!
Ree membeku. Tak mampu berkata!! Logikanya jungkir balik. Bagaimana bisa? Satu lagu berjalan. Dan Ree tetap pada posisi terdiam. Membisu.
“Ok lagu selanjutnya ini. Buat seorang Cewek yang telah mengajarkan banyak hal tentang kebahagiaan dan kesedihan. Lagu ini buat lu Ree.” Indra turun dan menuntun Ree menuju ke atas panggung. Dan Ree seperti kerbau di cocok hidungnya mengikuti Indra dengan gemulai. Otaknya belum sadar benar menerima kejutan-kejutan listrik macam begini.
Gemuruh penonton tak terbendung lagi. Dari atas panggung Ree bisa melihat wajah-wajah teman SMAnya. Vinda, si populer langsung pingsan mengetahui Ree di atas panggung. Gysa yang fanatik De Vega dari tadi sibuk mengucek-ucek matanya. Dan Nina yang cinta mati sama De Vega dari tadi memukul-mukul kepalanya memastikan ini bukanlah mimpi.
Ree tak pernah menyangka, Cowok yang terlihat begitu ceria dan menjadi pujaan banyak orang ini adalah cowok yang sama yang menangis terisak-isak di bawah pohon mangga dan menyimpan sejuta kesedihan dalam hatinya. Semua tak kan pernah menyangka. SELESAI
Gresik, 150109

Tentang kalian

Hari ini kukorek lagi bukit kisah yang menanam nama kalian
Kuarungi lagi gelombang ingatan yang merekam tiap detik dan detak
Yang berpadu dalam tawa dan canda
Mampukah ikatan tercerai berai oleh sebatang jarum?
Jam dan kompas
Waktu dan arah
Kau, aku, kita
Menempuh segala labirin yang berbeda
Mata angin yang tak sama dari seribu penjuru
Dan kala menjelma jeruji yang memagari lisan dan aksara

Sahabat,
Kisah kita takkan jadi nisan
Kalaupun aku utara kau selatan
Tanyakan kenapa!!
Karena kalian telah bersemayam dalam keabadian

Gresik, 170109

Gundulisme

Djeger!! Berita yang baru keluar dari mulut Ita, si kutu gosip SMA 1 itu serupa gelegar petir yang menyambar telinga tiap orang. Kilatannya membawa sebuah tanda tanya besar. Antara harus percaya atau tidak pada berita ini. Ini sungguh berita yang tidak mungkin terjadi, but impossible is nothing. Apalagi selama ini keakuratan berita yang disampaikan oleh Ita tidak diragukan lagi. Delapan puluh persen berita darinya selalu benar.
“Kalian tahu..........kemarin sore gue lewat depan rumah si Sya. Dan lu semua bakal terkejut setengah mampus dengan apa yang gue liat.” Ita menciptakan jeda, memanggil hawa penasaran untuk menyelimuti kelas IPA 3. Ya...si kutu gosip ini selalu berhasil menarik perhatian orang-orang. Kali ini tak kurang dari 30 anak mengerumuninya. Mereka rela berdesakan pagi itu demi mendengar gosip teranyar. Apalagi menyangkut Sya.
“Apa yang lu liat Ta?” seru seorang cowok berkaca mata dengan raut was-was. Ita tersenyum semisterius lukisan Monalisa. Menarik napas sejenak lalu melanjutkan kata-katanya.
“Gue....gue....melihat......gue melihat...kepala.....Sya....kepala Sya......” Semua anak bergidik. Bertanya-tanya apa yang terjadi dengan kepala Sya. Apa kepalanya tumbuh ular-ular seperti dalam film hantu? Atau kepalanya berubah bentuk menjadi kotak?
“Kepala Sya ......kepala Sya..........GUNDUL!!! PLONTOS!!!!!!! TAK ADA SEHELAI RAMBUTPUN!!! APALAGI UBAN!! PLONTOS!! G...U...D...U...L.” Suara Ita yang bernada pemain opera melengking-lengking seantero kelas, Cicak yang diam-diam merayap di dinding terpeleset. Nyamuk yang dari tadi asyik ngeden segera menghentikan aktivitasnya yang menjijikkan. Cowok-cowok menjerit histeris dengan nada sumbang. Sedangkan kaum Hawa menganga lebar, selebar mulut Gua Maharani.
“Eh Ta...lu jangan sembarangan ya!! Gak mungkinlah Sya Gundul. Orang potong pendek aja dia gak pernah!! Jangan asal ngomong deh lu!! Sya itu syang banget sama rambutnya!!” Labrak Sharen. Tak terima jika Sya, ketua Gank Cimut tempatnya bernaung digosipkan seperti itu.
“Ee..........jangan nyolot gitu donk. Liat aja nanti kalau gak percaya.” Tantang Ita.
“Oke!! Siapa takut!”
Semenit kemudian gerbang sekolah dipenuhi oleh ratusan siswa. Rupanya kecepatan virus gosip mengungguli kecepatan boing 737. Virus itu terus menginfeksi dari mulut satu ke mulut lain. Dan beginilah hasilnya. Lapangan penuh sesak oleh muka-muka penasaran.
Pak Tris, kepala sekolah SMA 1 tampak bingung. Berkali-kali mengamati kalender di mejanya. Kenapa banyak siswa di lapangan. Apakah ini hari senin? Perasaan hari ini tanggal 28 Januari berarti sekarang hari rabu. Tapi? Agh!!! Tak tahan oleh kebingungannya. Pak kepala sekolah itu akhirnya bertanya. Bijaksana sungguh. Malu bertanya sesat di jalan, bukankah begitu kata pepatah. Setelah mengetahui apa yang terjadi, dengan gagah Pak Tris menuju lapangan. Bukan untuk menegur para siswanya tapi ikut bergabung dengan mereka menyalurkan rasa penasarannya yang mencapai high level.
Lima menit kemudian, datanglah apa yang sedang di tunggu-tunggu. Mobil Avanza Hitam. Mobil Sya. Suasana sungguh hening. Sepertinya semua orang lupa berkedip mungkin mereka juga lupa bernapas. Akhirnya keluarlah sesosok cewek yang membuat semua orang penasaran. Pelan-pelan cewek itu turun dari mobilnya. Kulitnya putih, ramping, dan tas biru menandakan kalau itu memang benar-benar Sya. Tapi.............What the hell? Kepalanya.......kepalanya gundul......plontos........botak.......baldy...........atau apapun sebutannya. Yang jelas tak satupun rambut disana. Licin selicin es. Semutpun akan terpeleset bila berjalan disana. Sya berjalan dengan cuek. Seperti sudah mengantisipasi hal-hal yang ada dihadapannya ini, walaupun begitu kening Sya sedikit berkerut. Semua ini melebihi perkiraannya. Hampir semua orang berkumpul menyaksikan pertunjukan kepala gundulnya sekarang.
“Sya.....lu.....kepala....lu......itu.......kenapa.....kepala......itu....gundul....?” Sharen mendadak gagap. Suasana berubah menjadi gegap gempita. Semua orang berkomentar.
“Hahahaha....Si Sya kayak tuyul tuh!!”
“Eh.....jangan-jangan Sya sekarang sudah jadi Bikuni. Iya....plontos gitu.”
“Apa Sya kena Kanker ya. Trus kemoterapi. Jadinya gundul gitu. Ah!! Tapi gak mungkin secepat itu. Orang kemarin rambutnya masih ada. Kayak model iklan shampo malah.”
“Aneh banget kepalanya. Kayak telur Dinosaurus.”
“Eh....kayak Alien aja tu si Sya.”
“Sudah!! Sudah sana masuk kelas!!” Suara keras Pak Tris disambut teriakan huuuuu panjang dari anak-anak. Pak Trispun melangkahkan kaki ke kelas. Tapi disempatkannya satu kali lagi untuk mengamati kepala gundul Sya.
* * *
Beragam reaksi , bermacam opini. Kebanyakan mengusung kubu negatif. Kontra gundulisme. Tapi Sya tidak peduli. Kegundulan ini pilihannya. Kegundulan ini akan membuktikan. Akan menjawab pertanyaan Sya selama ini. Sebelum ini, Sya adalah cewek nomor satu disekolah. Dia tajir, trendy, cantik, pintar. Sya rela menanggalkan semuanya. Parfum-parfum Parisnya telah ia tukar dengan baby colone, sepatu high heel ia pensiunkan dan digantikan oleh sebuah sepatu kanvas butut yang ia beli di pasar loak, rok mininya ia gusur dan mengantinya dengan jeans-jens belel. Sya telah mebolak-balik dirinya 180 derajat. Mahkota cewek populer di sekolah dengan senang hati dia lepas. Sya juga kehilangan para fans nya. Cowok-cowok yang mengantri untuk jadi pacarnya, teman-teman macam Shiren semua bubar karena kepalanya yang gundul.
Itu semua sudah Sya predisi sebelumnya. Tapi satu yang tak sesuai dengan perkiraannya. Namanya Indra. Ketua Futsal, pimpinan redaksi Majalah sekolah dan Ketua kelas. Satu-satunya cowok yang ditaksir Sya sekaligus satu-satunya cowok yang menolaknya. Selama ini Sya sudah mengerahkan segala daya dan upaya untuk menarik hati Indra. Tapi semuanya sia-sia. Secantik apapun Sya berdandan, seterkenal apapun merk sepatu Sya, segiat apapun Sya merayunya. Indra tetap bergeming. Dingin sedingin es. Indra benar-benar cowok aneh yang menyimpang dari standar manusia. Ya.........disaat semua orang pergi menjauhi Sya karena Gundulismenya. Cowok satu ini malah menunjukkan sikap ajaib.
Kejadiaannya berawal dari kantin. Saat itu jam istirahat pertama. Sya duduk sendirian di pojok. Pertama kali menikmati kesunyian dan kesendiriannya. Biasanya Shiren dan gank Cimutnya selalu mengoceh Beo. Sya memejamkan matanya, merasakan angin menari menyapa kulitnya. Saat ia membuka mata tiba-tiba saja Indra sudah dihadapannya. Melihatnya. Atau tepatnya melihat kepala gundulnya. Sya jelas tak siap. Jantungnya tiba-tiba saja melompat tak karuan. Ia seperti melayang. Sya merasakan bahagia dan malu bersamaan. Apa kata Indra tentang kepalanya yang gundul ini?
“Sya.....”
“Indra...”
“Lu kelihatan cantik dengan penampilan baru lu Sya.” What? Cantik? Gue? Indra, Lu pasti abis minum obat flu terus ngantuk jadi gak bisa ngebedain mana bidadari mana tuyul. Sya ngedumel dalam hati.
“Maksud lu?” akhirnya hanya kata-kata itu yang keluar dari bibir Sya.
“Gue lebih suka penampilan lu yang sekarang. Lu berani beda Sya.”
“Gue nggak ngerti gimana labirin otak lu itu. Hampir semua temen-temen gue ngejauhi gue, gak mau lagi jalan bareng gue karena malu dengan kepala gue, malu dengan sepatu butut gue. Dan lu........yang slama ini menolak gue mentah-mentah adalah satu-satunya orang yang bilang gue lebih cantik dengan kepala gundul gue ini.”
“Lu tau Sya, kenapa gue selama ini nggak meduliin lu, dingin sama lu. Karena gue nggak suka cewek yang cuma mentingin penampilan fisiknya doank. Yang ngebuang duit jutaan cuma demi perawatan di Salon atau buat beli merk-merk terkenal padahal masih sangat banyak anak-anak yang harus ngemis demi mengganjal perut. Padahal, apa sih gunanya penampilan fisik bila hati kita nyatanya busuk!!”
“Gue emang gak pernah ngerti jalan pikiran lu Ndra.”
“Gue juga gak ngerti jalan pikiran lu Sya. Kenapa lu memangkas rambut lu? Bukankah selama ini lu sayang banget sama mahkota lu itu?”
“Gue cuma mau ngelihat siapa yang bener-bener tulus temenan sama gue. Siapa yang bener-bener sayang sama gue. Gue bosan Ndra dengan semua kepalsuan yang ada di hadapan gue selama ini.”
“Lu ternyata aneh ya Sya. Lebih aneh dari gue. Ngerelain semua yang lu punya cuma demi mbuktiin siapa yang benar-benar tulus sama lu”
“Eh...lu juga aneh. Masa muka kayak tuyul begini lu bilang cantik.”
“Tuyul? Itu lu yang bilang lho!! Hahahhah. Tapi mirip juga sih!!”
“Enak aja lu. Gundul-gundul begini gue tetep cantik lagi.”
“Eh Sya. Tapi gue punya lagu yang cocok banget buat lu.”
“What?”
“Gundul-gundul pacul......tempelengan....hahhahaha.” Sya dan Indrapun tertawa serenyah kerupuk. Pertama kalinya sejak mereka kenal. Dan pertama kalipun menjadi kedua, ketiga keempat dan terus berlanjut dan tak tahu sampai berapa. Senin pagi itu warga SMA 1 kembali heboh. Kali ini semua megap-megap kena serangan jantung gara-gara Indra nembak si kepala gundul –Sya—saat upacara.
“Sya, Ich Liebi dich. Ana Behibak. Ik jou van jou.” Kata Indra mengungkapkan cintanya dengan berbagai bahasa.
“Maukah kamu jadi pacarku Sya?” lanjut Indra. Sya mengangguk syahdu. Resmilah mereka sebagai pasangan. Cewek-cewek yang naksir Indra memdadak asma, tak siap kalah saing dengan seorang berkepala gundul. Tapi semua itu bukan apa-apa. Kehebohan lebih dashyat terjadi pada hari rabu pagi. Dua orang gundul, bergandengan tangan, dengan santai melangkahkan kakinya. Kepala mereka berkilat-kilat ditimpa sinar matahari pagi. Tak kurang 15 orang pingsan, 10 kesurupan, 7 orang gejala stress melihat pemandangan ini. Dua orang yang bikin heboh itu adalah Indra dan Sya. Harmonis dalam satu payung bernama GUNDULISME.
280209

The Blue Man

The Blue Man

Sekarang aku tahu, Tuhan bertahta di atas segalanya. Raja dari segala raja. Menggengam satu kata menggetarkan bernama ‘nasib’.
Nasib itu membawaku duduk di sebuah bus jurusan Surabaya-Malang yang penuh sesak. Bau asam keringat, bau parfum aroma super menyengat, bau rokok dan bau-bau aneh lainnya bersatu padu membentuk suatu formasi baru yang memuakkan hidung. Entah serakah? Entah buta? Entah kejar setoran? Supir dan kenek bus seiya sekata menjejalkan penumpang bertumpuk-tumpuk seperti ikan asin di pasar.
Di sebuah terminal naiklah seseorang yang menarik perhatianku. Bercelana jeans belel warna biru, berkaos warna biru, bersepatu warna biru, dan tas yang bergelanyut di punggungnya pun berwarna biru. Astaga!! Kurasa cowok ini memang maniak warna biru. Inilah yang menarik, selama ini tak pernah kutemui cowok yang begitu tergila-gila dengan warna biru. Apalagi yang dipakai cowok itu adalah warna kesukaanku.
Cowok itu segera membelah kepadatan penumpang demi mencari sebuah tempat yang nyaman bagi dirinya. Cowok itu semakin mendekati tempat dudukku. Dia sudah pasti mengincar tempat kosong disamping kursiku. Walau harus berdiri aku kira tempat itu cukup nyaman karena sedikit longgar. Begitu sampai, dia bersandar kelelahan di pinggir kursi. Kudongakkan kepalaku untuk melihat wajahnya yang dari tadi tak bisa kulihat saking padatnya manusia-manusia dalam bus itu. Dan.................
Aku hampir saja berteriak melihat wajah itu. Begitu familier, begitu kukenal dan begitu melekat di otakku. Mata yang tajam menusuk, kulit coklat bersih, alis tebal yang melengkung sempurna, dan rambut hitam pendek yang acak-acakan itu begitu akrab di kepalaku. Aku gemetar tak karuan. Antara percaya atau tidak. Oh Tuhan!! Bagaimana bisa wajah itu ada di dunia nyata. Selama ini aku hanya mengenal wajah itu dari mimpi-mimpiku. Wajah yang selalu sama, berulang-ulang menghantuiku dalam seminggu ini dan kini wajah itu seperti meloncat keluar dari mimpi dan berkeliaran bebas di alam nyata. Bagaimana bisa?
Aku kalut. Logikaku jungkir balik seperti pemain sirkus. Apakah arti semua ini Tuhan? Aku sama sekali tak mengerti.
Kudongakkan lagi kepalaku demi memastikan, benarkah wajah itulah yang sering muncul di mimpiku. Aku sulit sekali untuk percaya semua ini. Tapi kenyataan memaksaku untuk percaya. Memang benar itu adalah wajah yang sama. Persis!! Hanya di mimpiku dia tak berpenampilan serba biru, tapi merah. Saat aku memandangnya dengan hati bergejolak tiba-tiba cowok itu menoleh ke arahku. Aku salah tingkah, tertangkap basah mencuri pandang. Segera kualihkan pandanganku ke arah luar jendela.
Entah kenapa aku seperti ketagihan memandang wajah cowok itu kudongakkan kepalaku untuk ketiga kalinya. Sial!! Cowok itu sepertinya sudah mengantisipasi. Melihatku sambil tersenyum semanis gula tebu dan menyodorkan tangannya.
“Biru!!” katanya. Keningku berkerut tak mengerti. Kenapa monyodorkan tangan segala kalau hanya ingin memberitahu warna bajunya. Cowok itu tersenyum lagi seperti bisa membaca pikiranku.
“Nama gue Biru. Biru Indra Prayoga.” Cowok itu menggerak-gerakkan tangannya yang tersodor padaku. Segera kujabat tangannya.
“Gue Nayesa Carisa. Panggil aja Nay.”
“Kiri..kiri Pak.” Perempuan setengah baya di sampingku berteriak dan bersiap turun. Biru dengan sigap menempati tempat duduk yang sudah kosong itu.
“Lu suka warna biru ya?”
“Gue bukan suka. Tapi terobsesi. Hahaha. Lu bisa liat sendiri kan!!”
“Hmm...Biru itu nama asli lu?”
“Pertanyaan bagus! Itu nama yang diberikan oleh bokap gue. Kata bokap gue nama itu terlintas begitu saja di otaknya dan ada semacam dorongan kuat yang membuatnya menamai gue Biru. Entah itu takdir atau kebetulan saja, akupun begitu tergila-gila pada warna biru.”
“Kau tahu, sebenarnya tak ada suatu kebetulan di dunia ini.” bisikku. Cowok itu menoleh. Menatapku tajam sekali. Aneh!! Tiba-tiba ada sesuatu yang hangat berdesir di dadaku. Tanganku menjadi dingin.
“Kau benar. Tak ada yang kebetulan, karena semua sudah diatur olehNya.” Perbincangan kamipun berlanjut membahas segala hal. Ekonomi, sosial, politik juga tentang makna hidup.
“Kiri...kiri...” Biru berteriak.
“Gue harus turun. Senang bertemu dan mengobrol dengan lu Nay.” Biru bergegas turun dari bus. Aku bisa melihatnya melambaikan tangannya padaku. Perasaanku mendadak tidak enak. Aku merasa sangat kehilangan. Aku merasa kalau aku tidak akan bisa bertemu dengannya lagi.
Sebuah sapu tangan biru tergeletak di kursi sampingku. Ini pasti milik Biru. Akhirnya aku punya alasan untuk bertemu dengannya lagi.
“Kiri Pak.” Tergesa aku turun dari bus. Tidak begitu jauh dari tempat Biru turun tadi. Aku berbalik arah, setengah berlari aku segera mencari Biru. Aku tak tahu mengapa aku begini. Mungkin ini yang orang-orang bilang love at the first sight, cinta pada pandangan pertama. Benarkah?
Fuh!! Aku kelelahan berlari-lari. Kuatur napasku dan mulai mencari lagi. Di pinggir jalan raya kulihat banyak orang berkerumun. Sepertinya baru saja terjadi tabrakan. Rasa ingin tahuku menyeruak. Aku segera mendekati orang-orang yang berkerumun itu. Kubelah orang-orang dengan wajah bercampur aduk antara penasaran, ngeri dan kasihan.
Deg!!!!! Aku hampir pingsan melihat seseorang yang tergeletak penuh darah dan luka itu.
“Biru!!” airmata banjir seketika. Perasaanku tercabik-cabik. Biru!! Bagaimana bisa? Baru saja. Baru saja aku melihatmu segar bugar dan ceria. Tapi sekarang.......
“Biru!!!! Bangun Biru!!” aku histeris. Kurasakan tangannya yang kugengam begerak-gerak. Dia masih hidup.
“Biru!! Lu harus bertahan. Gue sayang sama lu Biru!!” Biru membuka matanya. Memandangku sambil tersenyum lemah.
“Gue juga sayang sama lu Nay. Tapi gue harus pergi sekarang. Lu gak boleh sedih. Lu harus bahagia. Se...la..mat...ting...gal..Nay!!”
“Biru!!!!” sapu tangan Biru yang kugengam hilang diterbangkan angin.
* * *
Sekarang aku tahu. Bahwa kaos merah yang dipakai Biru dimimpiku itu adalah lumuran darah.
Tidak ada yang tahu rahasia nasib. Tak ada yang bisa menyangka. Sepertiku, aku tak pernah menyangka bahwa hari itu nasib mencatat bahwa aku harus merasakan jatuh cinta sekaligus kehilangan.

cermin

CERMIN
Kulihat dua mata penuh luka persis di depanku. Berkaca-kaca seperti menyimpan embun di matanya. Wajah itu menyimpan kabut hitam. Begitu kelam........begitu pekat....... wajah itu seolah telah padam. Kehilangan seluruh watt dayanya. Setan-setan kesedihan menari-nari mengintari kepalanya. Gerakannya begitu kaku.....ringkih seolah membawa Everents di kedua bahunya. Sungguh kasihan seorang di depanku ini. seperti menyimpan beban kesedihan sedalam samudra. Senyumnyapun hanya terlihat sebagai seringai. Tawa itu pun hambar. Bisa kurasakan hatinya bagai dirajam dengan pisau berkilat-kilat. Aneh!! Tiba-tiba saja semesta diriku terpaku dan berpusat pada sosok di depanku itu. Kemudian pelan-pelan kurasakan nyeri-nyeri tak kasat mata yang mengoyak-ngoyak persendian hatiku. Pasang berdebur-debur menenggelamkan diriku. Sosok di depanku itu sepertinya menstransfer semua kesedihannya padaku. Ya...padaku. dan aku kini merasa tidak berbahagia. Mewarisi kelam.....pekat....setan-setan kesedihan juga airmata dari sosok di depanku.
Pyarr!!!! Kuhantam hingga berdarah. Sosok didepanku itu lenyap. Dan aku masih tidak berbahagia.

Homo egoistik

Homo Egoistik

Sekarang aku tahu, bahwa manusia itu bisa bertindak sangat egois. Ya...mungkin selain homo sapiens, homo socialis, manusia juga homo egoistik.
Dan sifat egois ini bisa saja karena ditekan keadaan, bisa juga karna bawaan, semacam susunan gen yang telah melekat erat. Sebut saja watak.

Dan tadi sore aku mengalami sendiri bahwa manusia bisa bersikap sungguh egois. Akulah pelakunya!! Akulah yang sore itu sungguh egois ditekan keadaan.
Ceritanya, aku naik kereta api dari Stasiun pasar turi seperti biasa. Di sana seperti biasa, kutemui bermacam-macam wajah yang penuh keringat. Seolah-olah kereta api itu adalah oven yang memangang kulit-kulit manusia. Penjual-penjual asongan berkeliaran. Mondar-mandir seperti gasing. Diperjalanan dari stasiun ke stasiun lainnya, bukannya malah lowong ee malah penuh sesak. Nah!! Pas kereta sampai di stasiun tujuanku akupun segera turun. Sialnya!! Jalan keluar itu sesak banget, sedangkan aku dikejar waktu, karena, bisa saja kereta langsung berjalan sebelum aku turun dari kereta. Secepat kilat aku melesat menerobos kerumunan orang. kudengar satu dua orang mengaduh karena kakinya kuinjak. Tapi aku gak peduli. Aku harus turun secepatnya. Maaf!! Aku harus egois. Demi kelangsungan hidupku. Maaf untuk orang-orang yang terinjak kakinya. Maaf! Karena aku egois. Maaf!!

200309

MALAIKAT JUGA TAHU

MALAIKAT JUGA TAHU
DEWI ‘Dee’ LESTARI

Lelahmu jadi lelahku juga
Bahagiamu bahagiaku pasti
Berbagi takdir kita selalu
Kecuali tiap kau jatuh hati
Kali ini hampir habis dayaku
Membuktikan padamu ada cinta yang nyata
Setia hadir setiap hari
Tak tega biarkan kau sendiri
Meski sering kali kau malah asyik sendiri

Karena tak kau lihat, terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan diadu
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya

Hampamu takkan hilang semalam
Oleh pacar impian
Tetapi kesempatan untukku yang mungkin tak sempurna
Tapi siap untuk diuji
Kupercaya diri
Cintaku yang sejati

Namun tak kau lihat, terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan diadu
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya

Kau selalu meminta terus kutemani
Engkau selalu bercanda andai wajahku diganti
Relakan kupergi
Karna tak sanggup sendiri
Wuih!! Paling suka ma video klipnya. Menyentuh banget!!!!
Jadi ada cewek gitu yang pacaran ma cowok autis. Nah!! Cewek itu tadi keliatannya sayang banget ma tu cowok n gag peduli dengan kelemahan si cowok. Nemenin gambar si cowok yang autis itu gambar-gambar, becanda-canda. Pokoe menyentuh banget deh. Hingga suatu hari ada cowok cakep datang, entah itu siapa tapi kayaknya sih adiknya si cowok autis. Si cowok cakep n si cewekpun kenalan. Nak ketika salaman kayaknya terjadi getar-getar gitu deh. Trus ada adegan si cewek ma si cowok autis lagi tiduran di rerumputan. Si cowok autisnyanya bawa bunga. Truz tiba-tiba aja si cewek ninggalin gitu, ya...meski dengan berat hati. Si cowok yang meski autis tetap ngerti kalau dirinya ditinggalin, si cowok autis depresi banget n mengekspresikan dengan caranya. N semua kejadian ini disaksikan oleh ibu si cowok autis. Si ibu Cuma bisa liat n nangis dari jauh. Dan menurutku yang dimaksud malaikat di video ni tuh sang ibu. Secara gitu!! Cuma sang ibu yang mau dengan setia menemani si cowok autis ni. Hikss!!!! Menyedihkan n menyentuh banget pokoknya.

Padamu kawan

Padamu kawan,

Aku telah lelah mengumpulkan sisa puing-puing yang luluh lantak dimakan ruang dan kala. Aku berulang kali mencoba untuk mengerti coba untuk hancurkan kerasmu kawan!! Tapi aku tak pernah sampai. Dimatamu masih kulihat duri-duri, dan aku masih menjadi seseorang yang tak terlihat.

Aku lelah dengan semua ini kawan!!! Ketika semua harus meninggal dimakan waktu dan ruang. Ketika kota biru harus tenggelam dalam laut kesombongan. Lihatlah aku disini kawan!! Dengan segala kerendahan hati yang sesak dalam diri. Dan aku tetap mencium bau tak peduli dari pandangan matamu.

Aku sudah cukup lelah, selalu begini. Selalu aku bermimpi tentang ikatan suci, tentang ikatan yang takkan pudar, tapi berkali aku jatuh ditumpuk mimpi yang tak sempurna. Ternyata semua ini begitu rapuh. Entahlah kawan!!! Apa yang kalian cari? Aku hanya bermimpi tentang negeri yang penuh ketulusan. Yang tak pernah ada tangga-tangga dan dinding baja yang mengotak-kotakkan kita. Tapi berkali mimpiku harus patah. Terlalu tinggikah mimpi ini kawan? Katakan!

Menjadi tak terlihat!!! Arghhh!!! Aku telah benar-benar lelah kawan. Haruskah kukenakan terus topeng penuh kepalsuan yang tak pernah bisa berjalan beriringan dengan nurani. Tidak kawan!!! Karena aku tahu sebuah topeng hanya akan melukai kulit-kulit wajahku.
Mungkin benar kita memang berada pada penjuru yang berbeda. Labirin yang tak sama. Kalian berjalan ke utara dan aku berlari ke selatan. Kalian memilih matahari dan aku mencintai malam. Sampai kapanpun kita jelas berbeda. Kalian menertawakan mereka yang kalian bilang aneh. Dan aku malah bersimpati padanya.
Ah!! Menjadi tak terlihat?
Biarlah!! Biar aku bercumbu dengan kesunyianku, kesepianku, kegundahanku, alam pikirku, ombak perasaanku. Biar-biar kumasuki dan kuselami dimensiku sendiri. Dimensi yang tak bisa terjamah oleh kalian. Biarlah!!

puisi yang terlewatkan

Musyafir atau Pelayar?

Aku dahaga
Haus kutelusuri jengkal demi jengkal tanahmu

Apakah ini aku yang bernama musyafir?
Tapi tak ada gurun disini
Tak juga kujumpai matahari terik itu

Aku terhanyut
Dalam ombak-ombak yang dahsyat
Apakah aku yang bernama pelayar?
Tapi dimana kapalku
Tak juga kutemui para awakku

Oh.................gurun ilmu
Akulah musyafir itu

Duhai lautan kata
Akulah pelayar itu

180507


“Patah” kau bilang
Dia.........
Telah menancapkan sembilu di urat-urat nadimu
Dia........
Yang tlah menorehkan hitam pada merah yang kalian lukis
Dan putihmu menjelma pekat airmata

Kau menyanyi....................
Tapi dengan nada-nada sunyi
Kau berpuisi....................
Tapi dalam sajak-sajak sepi

Kau telah patah
Seperti ranting yang disapu badai
Apa yang keluar selain rintihan?

Dan “patah” kau bilang
Lalu waktu membuatmu bermetamorfosis
“Ranting telah tiada” teriakmu
“inilah aku......batu!!!”

221107


Kita harus bicara!!

Aku harus bicara!!
saat ini!!
Sebelum senja beranjak dan menorehkan pekat
Karena hitam akan menutup semua pintu.

Bibirku............
Bibirmu...........
Hatiku.............
Hatimu............

Kita harus berkata!!
Sebelum angin menerbangkan semua puisi
Tanpa sempat kita memunguti maknanya
Dan hati kita saling menduga “apa?”

Kita harus saling bicara bukan?
Ya!! Sekarang!!

231107






Kau selalu ada
Kenapa selalu bisa kutemukan namamu
Di keping batu
Di batas Senja
Diurat-urat daun
Di alunan yang kusukai
Di udara yang kudesah
Dan di buku-buku yang aku baca

Kenapa selalu bisa kujumpai bayangmu
Pada mimpi tadi malam
Pada setiap neuron otakku
Pada padang perasaanku
Pada mata batinku

150507

KITA BERBEDA

Entahlah!! Aku merasa lelah!! Aku penat!! Aku marah!!! Aku bosan!!
Labirin kita berbeda, penjuru kita tak sama. Kalian berjalan ke utara dan aku berlari ke selatan. Kalian memilih matahari dan aku menyukai malam. Sampai kapanpun kita takkan bertemu. Kita jelas berbeda. Kita memang berbeda.

Awalnya aku mencoba untuk bertahan, mencoba berjalan beriringan sambil kupakai topengku yang serupa kalian. Kucoba menyelaraskan nada dan irama kita. Kucoba untuk menebar senyum dan menanam tawa dengan cara kalian. Meskipun yang kalian tertawakan itu sama sekali tak lucu bagiku, kucoba memaksakan otot-otot mulutku untuk tertawa, kupaksakan bibir menyungging seutas senyum. Ah!! Tapi aku tak yakin itu benar senyum atau hanya seringai. Tapi lama-lama topeng itu akhirnya rusak. Berkarat dan melukaiku. Aku sadar, nada kita takkan pernah mencipta harmoni nan indah dan senyumku.........tawaku....... adalah palsu. Apa yang kudapat dari sebuah kepalsuan??hanya kesakitanku sendiri. Aku tak bahagia.

Kita jelas berbeda.
Kalian bicara tentang wajah, tentang asmara dan tentang harta. Menilai seseorang dari bentuk fisiknya saja. Cantik...............jelek.............gendut.........kurus...............tinggi........pendek..........hitam.....putih. mengotak-ngotakkan manusia berdasarkan sisi lahir saja. Mendefinisikan kata ‘cantik’ dan ‘tampan’ menurut versi kalian sendiri. Bahwa cantik itu adalah hidung mancung, alis melengkung sempurna, bibir merekah semerah delima, kulit mulus dan putih, berbadan langsing dan tinggi. Mendefinisikan tampan dengan proporsi yang hampir sama. Bahwa tmapan adalah hidung mancung, tubuh proporsional dan atletis, bibir yang indah, senyuman yang menawan. Ah!!! Kalian selalu terpenjara dalam bayangan tubuh.

Kita memang berbeda.
Aku ingin dan sedang belajar menanggalkan segala pandanganku tentang fisik. Aku ingin semua sama di mataku. Kau hitamkah, kau putihkah, kau kuning langsatkah, kau sawo matangkah. Pun kau gendut, kau kurus, kau sedang. Ingin kulihat seseorang lebih dalam....lebih dalam.......dan lebih dalam lagi..... pada organ tak kasat mata yang sering terlupakan, mungkin juga dilupakan yang bernama hati.

Bukankah kecantikan fisik itu begitu menipu? Bukankah ini hanya sementara? Nukankah suatu saat nanti kecantikan fisik juga akan hilang?

Bisa saja suatu hari seorang ‘cantik’ itu sedang menyebrang jalan. Lalu tiba-tiba sebuah mobil melintas dengan kecepatan tinggi. Maka tertabraklah ia. Dokter memvonis, hidungnya harus diamputasi. Masih cantikkah ia??

Suatu hari si’tampan’ sedang bersantai-santai melihat TV di rumahnya. Tiba-tiba terjadi arus pendek listrik, terbakarlah ia dan rumahnya. Dia berhasil selamat dari maut tapi api kadung melepuhkan kulit mulusnya. Masih tampankah ia?

Mungkin kalian berfikir bahwa kejadian itu Cuma mengada-ada dan itu tak akan terjadi pada kalian. Mungkin benar. Mungkin tidak benar. Seperti kalian tahu. Tak ada yang pasti di dunia ini. karena Tuhanlah yang bertahta diatas segalanya. Tapi kalian tentu tidak bisa menyangkal kalau kulit indah itu pun pada akhirnya akan mengkerut keriput. Bahwa pada akhirnya rambut hitam berkilau yang kalian banggakan itu akan memutihkan diri, bahwa pada akhirnya gigi kalian yang putih bersinar itupun akan tanggal dimakan waktu. Masihkah kalian cantik??

Begitulah!! Bukankah semua kecantikan fisik itu hanya sementara!! Cuma sementara!!! Masihkah kalian mengagung-agungkan kata kecantikan fisik semata? Sedang ada kecantikan yang tak lekang dimakan waktu!! Kecantikan hati.

Kita jelas berbeda.
Kalian bicara tentang artis-srtis hollywood dan aku lebih memilih mengakrabi kahlil Gibran, Karl May, Andrea Hirata.
Kalian bicara tentang film-film hollywood dan aku lebih menyukai tumpukan buku-buku tebal yan membosankan bagi kalian.
Kalian bicara tentang merk-merk Paris, merk Amereka, Spanyol dan aku lebih memilih barang-barang murah di pasar yang sesak dan bau.
Kalian cekikikan menertawakan anak pendiam yang kuper dan kalian anggap aneh. Dan aku malah kagum padanya.
Kalian menganggap remeh orang-orang yang tak pernah berpacaran, merasa bahwa orang-orang seperti mereka sungguh sangat kasihan. Aku sungguh tak setuju. Bagiku orang-orang seperti itu adalah orang yang teguh dalam pendirian dan prinsipnya. lagipula apa guna pacaran jika hanya bisa melakukan maksiat dan membawa petaka dan kesakitan hati.

Kita memang berbeda.
Kalian berangan-angan menikah dengan orang yang ‘tampan’, bermobil banyak, berdompet tebal, seorang pengusaha. Ya..paling tidak seorang dokter. Dan kalian akan sangat berbahagia. Sedangkan anganku sederhana saja. Mendapatkan orang sederhana yang mencintaiku dan kucintai. Dan akupun bisa bahagia selamanya.

Hey!! Tunggu!! Ternyata kita sama-sama menginginkan bahagia. Ya....semua orang pasti menginginkan sebuah kebahagiaan. Tapi kita punya standar sendiri tentng kata’bahagia’ itu.
Aku tahu bagi kalian bahagia mungkin adalah rumah mewah, mobil mewah, harta melimpah. Dan aku sudah cukup berbahagia saat menyambut pagi, bercengkrama dengan kicauan burung, di belai oleh angin semilir, dan menyentuhkan tangan-tanganku pada embun yang menempel di dedauanan.

Labirin kita berbeda, penjuru kita tak sama. Kalian berjalan ke utara dan aku berlari ke selatan. Kalian memilih matahari dan aku menyukai malam. Sampai kapanpun kita takkan bertemu. Kita jelas berbeda. Kita memang berbeda.

150309

Kepada para tikus-tikus berdasi

Kepada para tikus-tikus berdasi


Hei!! Tikus berdasi? Benarkah kau ada? Adakah kau? Adalah benar?

Awalnya aku tak percaya dan menganggap ini hanya lelucon pelawak-pelawak macam srimulat. Kalaupun ada, aku kira tikus-tikus berdasi macam kau ini sedang akan unjuk gigi di sebuah sirkus.
Oh ternyata aku salah……..Oh ternyata aku keliru.

Kau, tikus berdasi, memang benar ada. Bukan lelucon Srimulat, bukan sebuah atraksi sirkus. Tapi kau nyata ada di sekelilingku. Lucu!! Menggelikan!! Aneh!! Bahkan mungkin Mengerikan!!

Ah!! Harusnya aku tak perlu heran. Bukankah waktu bisa merubah apapun? Ia merubah gubuk menjadi gedung, merubah besi jadi peluru, merubah gunung jadi lembah, juga waktulah itu yang merubah manusia menjadi serigala. Jadi apa yang aneh dengan seekor tikus berdasi sepertimu?

Entahlah!! Yang jelas seekor tikus berdasi cukup mampu membolak-balikkan logika dan pikiranku. Begitu lincah seperti para pemain acrobat.

Kubayangkan dasimu itu terselip diantara bulu-bulu lehermu, pada moncongmu yang berkumis. Dasi itu tersemat rapi disana. Dan bergonta-ganti warna setiap hari. Senin biru muda, Selasa merah hati, rabu kuning, kamis hijau, Jumat hitam, sabtu jingga, dan minggu berganti ungu. Akan sangat berdosa bukan kalau kau memakai dasi yang sama lebih dari sekali.

Hei!! Tikus berdasi!!! Apa kabarmu sekarang?
Ah!! Basa-basi ya….selalu basa-basi. Biarlah!! Aku memang suka berbasa-basi denganmu, karena kaupun suka berbasa-basi bukan?

Tapi kurasa aku memang salah menanyakan kabarmu. Karena sangat jelas kau pasti baik-baik saja. Sehat!! Kaya!! Dan Makmur!! Aku tahu itu. Kian hari bulu-bulumu itu pasti makin berkilat, tubuhmu yang gembul pasti semakin gembul dan suaramu yang penuh rayuan gombal itu pasti makin lantang. Hasil latihan bertahun-tahun dari guru bernama munafik.

Hey!!! Perutmu memang bertambah buncit sekarang. Dapur siapa yang kau santroni? Makanan apa lagi yang kau curi?

Aku jelas tak akan lupa bahwa kaulah itu pelakunya yang mengendap-endap mencuri daging dari ayahku, ibuku, nenekku, sepupuku, keponakanku, pamanku, bibiku, saudaraku, saudaranya saudaraku, saudara saudaranya saudaraku, saudara saudara saudaranya saudaraku, temanku, teman temanku, teman temannya temanku, teman temannya teman temanku. Dan seterusnya dan seterusnya. Kurasa semua orang pernah kau curi makanannya. Dasar kau memang pencuri tak berperikemanusiaan!! Hey!! Kau memang bukan manusiakan?! Ya…..yang jelas kau sangat rakus!! Tamak!! Loba!! Atau apalah itu istilahnya.

Tak tahukah kau berapa nyawa melayang, terbang ke awang-awang karena perutnya kosong, karena dagingnya kau curi?
Tak tahukah kau berapa orang mati lalu menjadi hantu kelaparan??
Tak tahukah kau berapa banyak lainnya yang mengalirkan airmatanya untuk perut yang tak terisi.

Ah!! Mana kau peduli dengan perut mereka. Aku tahu yang kau tahu hanyalah memperbuncit……..memperbuncit……….memperbuncit……….memperbuncit……… dan memperbuncit diri. Kudoakan kau semakin buncit dan meledak berkeping-keping!!!

Hei!! Kepalamu botak sekarang. Kemana rambut-rambut yang kau banggakan. Yang kau cuci dengan shampo-shampo mewah yang kau curi dari kamar mandi kami. Barangkali rambutmu itu hilang bersama hatimu. Tunggu!! Punyakah kau sebongkah hati? Kurasa tidak. Oke kembali soal kepalamu, mungkin kau stress memikirkan bagaimana strategi tingkat lanjutmu. Membuat suatu rencana gila. Dan kau berkomplot dengan tikus-tikus bawahanmu lainnya. Yang juga berdasi. Ah tak bisa kubayangkan. Tikus-tikus berdasi duduk satu meja merapatkan cara memperbuncit diri selanjutnya.

Hei, kau tikus berdasi!!
Lepas saja itu topeng malaikatmu. Tak pantas kau memakainya. Muak aku melihatmu bertopeng seperti itu. Lagi pula untuk apa kau memakai topeng? Ah!! Pertanyaan retorik memang. Pasti untuk menutupi moncongmu yang belepotan darah itu bukan? Atau kalau tidak pasti untuk menyembunyikan taringmu yang seperti vampire.

Hei!! Kau tikus berdasi!!
Jangan kau dongakkan muka begitu tinggi. Meski berdasi kau tetap tikus!! Tetap tikus!! Tetap makhluk menjijikkan yang pantas dipukul dengan gagang sapu!! Kau tetap pencuri!! Pencuri jatah makan kami!!

Hei!! Tikus berdasi!!
Rupanya kau mendapat musuh kuat akhir-akhir ini. ‘sang pemburu’ begitu aku menyebutnya. Rasakan kau!! Biar kau mati ditembakinya!! Biar kau dijebloskan dalam kadang gelap dan bau olehnya!! Enyahlah kau segera!! Kudoakan semoga semua komplotan kejimu itu enyah dari muka bumi!! Tunggu!! Kurasa bukan doaku saja, tapi doa seluruh rakyat Indonesia yang jijik padamu.

Cantik dan Sebuah Kejahatan Keji

Cantik dan Sebuah Kejahatan Keji


“Kita telah melakukan kejahatan yang paling keji.” Katamu di suatu senja, mengagetkan aku.
“kenapa?” aku agak kaget sedikit dengan pertanyaanmu.
“kita telah menciptakan batas-batas diskriminatif. Cantik-tidak cantik, bagaimana perasaanmu, jika kau seorang perempuan, dan orang-orang memberikan label ‘tidak cantik’ di dadamu. Itulah kejahatan kita selama ini Zira!”
(A cat in my eyes- Fahd Djibran)

Apakah itu cantik? Kulit putih? hidung mancung? rambut berkilauan? tubuh aduhai semampai? bibir delima? jari lentik? Cantik itu yang seperti Luna Maya? Cantik itu Sandra Dewi? Kalau memang itu definisi cantik, betapa sempitnya, betapa dangkalnya, betapa piciknya definisi tersebut. Tapi tak bisa dipungkiri bahwa lingkungan, orang-orang disekitar kita, bahkan mungkin kita sendiripun telah meletakkan kata cantik pada penjara definisi yang sungguh sangat sempit tersebut. Kita melihat sendiri bagaimana iklan-iklan menjejali kita dengan produk-produk pemutih muka, penghalus kulit, pelangsing tubuh. Dan kita bisa melihat sendiri disekitar kita bagaimana mereka yang ingin dibilang cantik rela membeli produk kosmetik seharga motor. Ya...hanya agar dibilang cantik.

Lalu bagaimana dengan mereka yang telah membawa hitam dalam gen-gen mereka. Yang tetap saja gelap sebanyak apapun krim pemutih yang mereka oleskan. Bagaimana dengan mereka yang gendut? Yang tubuhnya tak dapat mengecil langsing seketat apapun diet yang mereka lakukan. Bagaimana dengan mereka yang pendek? Yang tak bisa bertambah tinggi segiat apapun mereka meloncat tiap pagi.

Kita memang telah melakukan kejahatan yang keji dengan memberikan dinding-dinding pembatas pada kata cantik. Kita telah melakukan kejahatan kemanusiaan pada mereka yang gendut, yang berkulit hitam, yang pendek, yang berbibir tebal dengan menyematkan kata ‘tidak cantik’, pilihan kata yang lebih halus dari kata jelek. Pernahkah kita berpikir bagaimana perasaan mereka yang kita sematkan kata jelek di dada mereka? Pernahkah kita berpikir bahwa mereka yang kita hadiahkan kata ‘tidak cantik’ itu bisa saja sakit hati? Pernahkah kita berpikir bahwa mereka yang kita katakan ‘buruk rupa’ itu bisa saja kehilangan rasa percaya diri mereka? Pernahkah kita berpikir tentang semua itu?

Padahal definisi cantik yang kita kira adalah kulit putih, hidung mancung, rambut berkilauan, tubuh aduhai semampai, bibir delima, jari lentik adalah salah. Adalah keliru. Mereka yang kita bilang gendut, yang berkulit hitam, yang pendek, yang berbibir tebal sesungguhnya juga cantik. Karena setiap orang itu cantik. Karena setiap orang cantik dengan kecantikan mereka masing-masing. Kecantikan hanya bisa dilihat mereka yang berhati bersih.

Lagi pula kenapa kita selalu berpedoman pada ruang bentuk dan rupa. Mengapa kita selalu terperangkap pada penglihatan lahir? Bukankah ada pepatah tenar yang mengatakan, “Don’t judge the book from it’s cover.” Jangan menilai orang dari luarnya saja. Jangan melihat orang dari fisiknya saja. Lihatlah!! Lihatlah!! Lihatlah lebih kedalam!! Lebih kedalam!! Lebih kedalam!! Pada bagian penting!! Pada bagian sakral tapi terlupakan!!! Lihatlah pada organ bernama hati. Karena kecantikan sesungguhnya terletak disana.

200309

Hei!! Kalian buta atau gimana sih!!!

Hei!! Kalian buta atau gimana sih!!!


Hei!!
Itukah aku? Udara yang ada disekitar kalian tapi kalian lupakan begitu saja.

Hei!!
Itukah aku? ilalang yang kalian injak-injak selalu tanpa rasa bersalah

Hei!!
Itukah aku? Kecok yang kalian singkirkan dengan jijik

Hei!!
Itukah aku? Alien yang aneh dan terasing

Hei!!
Itukah aku? Tong sampah yang kalian ludahi

Hei!!
Kalian buta atau gimana sih!!!

200309

Tentangnya

200309
Aku masih menyimpan wajahnya dalam kotak permata. Aku masih menyalipkan namanya pada tiang yang tertancap dalam. Aku masih mempersilahkan bayangannya melangkah pada karpet merah hatiku. Aku masih menanam kenangan tentangnya pada tanah yang tetap kosong tak terganti. Aku masih menggenggam 8 tahun cinta masa silam pada kuat jari-jariku. Aku masih menanggung luapan air rindu padanya. Hanya padanya!! Aku masih melukis merah, pada kanvasku tentangnya. Hanya tentangnya!!

di batas senja

hai!! Sudahkan kuceritakan padamu tentang sebuah kisah di batas senja.
Kisah tentang seorang gadis yang memeluk harap sebesar bola dunia. Seorang gadis yang didera lautan rindu.
Tiap senja gadis itu melangkahkan kakinya pada jalan batu, menghadap langit dan menjalani rutinitasnya.
Pada jalan-jalan yang sama ia mencari wajah. Adakah dia???
Pada rindu yang meluap bagai magma. Dimana wajah itu??
Gadis itu terus melangkah mengikuti alur dan labirin yang tak pernah ia tahu mana ujung pangkalnya.
Padahal bila senja mempertemukan. Tak ada kata. Tak ada aksara. Tak ada sapa. Dia........dan dia............. orang asing yang tak asing.
Tapi cinta kadung tertanam pada inti bumi. Disana..........dalam..............

bodohkah?

kau tahu?? Akhir-akhir ini kau merasa menjadi orang bodoh sedunia. Kau begitu mudahnya melupakan hal-hal yang sepele. Aku lupa kalau sinta itu jurusan psikologi. Aku lupa tentang cerita dalam hidupku. Aku lupa tentang merk pelembab. Aku!!! Hei!!! Aku begitu pelupa.

Entahlah!!! Kadang aku curiga ada yang salah denagn sel-sel atau neuro-neuron otakku, dengan sel scwanku, denagn dendritku dengan neuritku. Aku curiga aku mengidap Alzheimer, dementia, amnesia, pikun. Atau apalah itu penyakit yang berhubungan dengan lupa. Mungkin juga aku mengidap Skizofrenia, alias Gila!!!

Ah!!!!!! Gila!!! Gila!! Kemarin sempat aku berpikir kalau aku sering lupa karena jiwaku tidak pernah hadir dalam kehidupan. Entahlah!!!!! Entahlah!!! Entahlah!!!!

Mungkin cinta itu

Mungkin cinta itu gila.
Mungkin cinta itu buta.
Mungkin cinta itu adalah kesenangan sekaligus penderitaan.
Mungkin cinta itu dada yang berdebar-debar.
Mungkin cinta itu harapan.
Mungkin cinta itu penyesalan.
Mungkin cinta itu kerelaan.
Mungkin cinta itu dua hati.
Mungkin cinta itu tak bisa melupakan.
Mungkin cinta itu rindu.
Mungkin cinta itu waktu.
Mungkin cinta itu ruang.
Mungkin cinta itu diam.
Mungkin cinta itu kata.
Mungkin cinta itu wajah.
Mungkin cinta itu hati.
Mungkin cinta itu kimia.
Mungkin cinta itu fisika.
Mungkin cinta itu biologi.
Mungkin cinta itu bahasa.
Mungkin cinta itu matematika.
Mungkin cinta itu lampu.
Mungkin cinta itu lilin.
Mungkin cinta itu matahari.
Mungkin cinta itu pekat.
Mungkin cinta itu hitam.
Mungkin cinta itu merah.
Mungkin cinta itu merah muda.
Mungkin cinta itu warna.
Mungkin cinta itu mata.
Mungkin cinta itu ketakutan.
Mungkin cinta itu kenangan.
Mungkin cinta itu angin.
Mungkin cinta itu fana.
Mungkin cinta itu abadi.
Mungkin cinta itu jantung.
Mungkin cinta itu senyum.
Mungkin cinta itu airmata.
Mungkin cinta itu sajak.
Mungkin cinta itu lagu.
Mungkin cinta itu nada.
Mungkin cinta itu bayangan.
Mungkin cinta itu memberi
Mungkin cinta itu menerima
Mungkin!!!!
Mungkin!!!!
Mungkin!!!
Mungkin!!!! Mungkin!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
2220309

virus bernama lupa

Aku tidak tahu kenapa virus-virus lupa sering sekali menyerangku. Aku lupa tentang pelajaran, tentang nama orang, tentang nama tempat, tentang jalan, tentang dimana menaruh barangku, tentang apa yang baru saja aku lakukan, tentang apa yang ingin kulakukan, tentang hal-hal yang baru saja kulihat, tentang hal-hal yang baru saja kudengar, tentang cerita, tentang judul-judul, tentang kata-kata, tentang merk-merk. Ah!! Entahlah kenapa otakku begitu mudah melupakan.

Mungkin aku harus menuliskan semua...........mua momen di hidupku. Mungin aku harus menuliskan semua..........mua orang yang kukenal. Mengkin aku harus menuliskan semua.............mua hal-hal yang kau tahu. Ya!!! Aku harus menuliskannya. Sebelum semua jadi sampah dan terbuang sia-sia, sebelum otakku yang bebal ini mendeletenya. Ya!!! Aku harus menulis!!!

150309

Bukan Seorang Bintang yang Bunting

Judul buku : Bintang Bunting
Penulis : Valiant Budi
Penerbit : Gagas Media
Tebal : 321 halaman

Buku ini memang gila. Sekali lagi benar-benar gila. Di halaman pertama saja Valiant sudah menohok kita dengan kegilaan. Bagi kamu yang normal, untuk bisa membaca halaman pertama kamu diharuskan untuk membalik buku ini 180 derajat. Maka terbacalah halaman pertama,
“Kalo kamu pikir
Bintang Bunting
Menceritakan seorang gadis cilik
bernama Bintang yang hamil
di luar nikah,
maaf...,kamu salah ”
dan Valiant benar-benar membuktikan bahwa bukunya ini tidak menceritakan demikian. Tak ada seseorang bernama Bintang. Tak ada gadis yang bunting. Apalagi di luar nikah.
Penasaran? Pasti. Saya sendiri sangat penasaran dengan halaman-halaman awal, juga halaman tengah, apalagi halaman akhir.
Menurut saya, Valiant sangat mahir memainkan plot, meramu kata, menyuguhkan tanya dan membuat pembaca menjadi hantu penasaran. Hahaha. Sangat tidak mengherankan bila buku ini tercatat sebagai nominator Khatulistiwa Literary Award 2007.
Bintang bunting menceritakan tentang seorang wanita bernama Audine yang punya penyakit aneh. Audine tidak bisa membedakan antara mimpi dan kenyataan. Karena mimpi-mimpi yang dialaminya terasa begitu nyata. Audine punya dua cara yang cukup ampuh untuk mengatasi penyakitnya ini. yaitu dengan bintang dan Mada. Mengenai bintang, yang dimaksud disini adalah gambar bintang. Setiap kali ada kejadian yang dirasa aneh atau penting, Audine akan menggambar satu garis bintang di sebuah kertas yang selalu ia selipkan di ikat pinggangnya. Dengan begitu Audine akan tau kejadian itu terjadi di alam mimpi atau alam nyata. Karna bila Audine hanya bermimpi, garis bintang itu tentu saja tidak akan ada muncul di kertas nyata. Sedangkan Mada? Mada adalah seorang peramal dan semacam penasehat Audine. Audine sangat percaya pada Mada yang seorang clairvoyance. Mada bisa melihat dan mengetahui apa yang sedang dilihat dan sedang dilakukan Audine.
Suatu kali Audine melihat secara langsung Adam, suaminya sedang berselingkuh dengan wanita lain, di apartemen miliknya. Audine sudah marah-marah, meledak-ledak, menghancurkan perabot apa saja yang ada di dekatnya. Tapi sim salabim!! Ketika Audine terbangun semuanya ternyata tidak pernah terjadi. Tidak ada sisa-sisa perabot berantakan, bahkan Satpampun mengaku bahwa tidak melihat Adam pulang ke Apartemen. Dan yang paling meyakinkan Audine bahwa ia sedang bermimpi adalah. Satu garis Bintang yang hilang di kertasnya.
Selain itu diceritakan juga seorang Reali. Pengusaha salon sekaligus sahabat Audine. Reali ternyata tak kalah anehnya dengan Audine, karena Raeli sangat terobsesi atau barangkali paranoid dengan kematian. Saking parnonya Reali bahkan pernah berkata, “ bisa jadi benda-benda yang lo anggap paling aman di sekitar lo , justru benda yang akan ngebawa lo ke alam kubur”. Bahkan majalah pun bisa jadi ‘benda alam kubur itu’.Halaman-halaman berikutnya kita dibawa untuk menyusuri masalah-masalah yang di alami Audine karena mimpinya dan Reali dengan pikiran kematiannya. Dapatkah Audine menyembuhkan penyakit anehnya?
Cerita yang terputus-putus dan terkesan tidak nyambung membuat pembaca harus mengerutkan dahi. Saya sendiri sangat susah membedakan mana bagian cerita yang merupakan mimpi Audine dan mana yang tidak. Tapi, saya kira inilah justru yang menjadikan nilai plus pada Novel ini. rasa penasaran membuat pembaca seperti saya ini tidak akan mandeg di tengah jalan ketika membaca Novel ini. Apalagi akhir yang tak terduga dan mengejutkan membuat Novel ini layak mendapat empat acungan jempol.
Tidak akan rugi menyisakan uang saku atau uang belanja untuk membeli buku ini. Segera serbu Toko Buku terdekat.

Untuk A

Aku baru menyadari ternyata waktu memang bisa merubah semua. Ia cekatan merubah ulat menjadi kepompong lalu kupu-kupu. Ia mengubah sebuah gubuk jadi istana, merubah rambut hitam menjadi uban, merubah jalan batu menjadi jalan beraspal. Merubah kucup menjadi pohon. Dan waktu juga merubahmu A.


Kau dulu adalah anak laki-laki yang baik. Yang pemalu. Yang menangis dan digendong oleh guru gara-gara takut jarum suntik. Yang tersenyum. Yang polos. Yang kutendang kakinya dan meringis kesakitan. Yang bermain kasti denganku, yang bersepeda pada hari minggu. Yah!! Intinya kau anak laki-laki yang polos.


Tapi itulah!! Mungkin waktu mengubahmu, mungkin juga bukan waktu!! Yang jelas kau berubah A. Aku tak mengenalimu lagi. Ah!!Kau sekarang bukan kau yang dulu lagi. Kau playboy, kau suka merayu, kau suka mempermainkan wanita, kau suka berkata kotor, dan aku curiga kalau kau suka melihat BF. kecurigaanku semakin menjadi-jadi ketika kulihat primary foto di Fs mu, gambarnya sungguh nudzubillah. Mengerikan!!!Aku gag tau kamu bakalan berubah sampai sejauh ini. Okelah!! Masa ABG emang masa yang penuh gejolak. Tapi gak harus sampai segitunya kan A!! Katakan A!! Lagipula kau sudah hampir 19 tahun!!!! Masihkah dikategorikan ABG?Kukira tidak . Kau berubah A!! Dan aku tidak suka perubahanmu. Aku nggak suka A!!! Ingin kuteriakkan ditelingamu yang bebal itu “AKU TAK SUKA KAU YANG SEPERTI INI!!!” aku suka kau yang baik, yang santun!! Kemana? Kemana Semua itu A!! Siapa yang berani-berani menyuntikkan virus-virus kenakalan dalam dirimu!! Katakan A!! Katakan!! Apa lingkungan yang menjadikanmu seperti ini??? apa teman-temanmu yang merubahmu?? Katakan A!! Katakan!!!


Ah!! Mungkin semua orang berubah!! Aku.......kau........dia......mereka.......semua mungkin memang berubah. Bodoh sekali aku masih mengharapkan dirimu adalah seekor itik. Lihatlah!!! Sekarang kau telah menjadi serigala!! Ah!!! Aku gak tahu harus ngomong apa lagi!! Mungkin ini adalah pilihan hidupmu!! Yah!! Ini mungkin pilihan hidupmu A!! Dan aku, sama sekali tak berhak untuk mengaturmu. Aku bukan siapa-siapa. Aku hanya teman masa kecilmu yang mungkin sudah kau lupakan. Tapi itulah A!!! Sebagai teman aku peduli denganmu. Aku peduli!!! Aku nggak ingin temanku menjadi orang yang seperti itu.


Dan aku Cuma bisa berdoa dan berharap semoga kau kembali A!! Menjadi A yang dulu. Yang polos, yang santun. Bukan yang seperti sekarang ini!!! bukan A!!